Lepas Landas atau Terhempas di Landasan?

Jumat 21 Jun 2024 - 19:18 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

BACA JUGA:Program SIIP Untungkan Kelestarian Ekosistem Lingkungan di Kota Cirebon

Pembangunan dalam spektrum kecil ataupun besar seharusnya tidak didasarkan pada susunan pemerintahan yang berkuasa, sebab itu fana.

Seharusnya, pembangunan harus didasarkan pada pertanggungjawaban yang luas dan kekal. Di sisi lain, apakah moralitas politik dan pemerintahan kita sudah menyentuh level tersebut?

Unsur moralitas yang selanjutnya perlu dikutip dari Beberapa Fasal Ekonomi (1954) yang ditulis oleh Mohammad Hatta.

Sedari dulu, Hatta sudah mengingatkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Namun, ekonomi ekspor yang ‘satu hadap’ saja (ketergantungan pada satu atau dua produk) sangat berbahaya bagi perkembangan selanjutnya.

BACA JUGA:Penumpang Whoosh Meningkat Signifikan Selama Libur Idul Adha

Ketika itu, Indonesia begitu bergantung pada produk gula. Gula Jawa terpaksa dikurangi produksinya karena beberapa negara lain sudah memproduksi gulanya sendiri. Ekspor harus menjadi pengimbang impor, bukan sebaliknya. 

Hatta ketika itu mengingatkan bahwa Indonesia perlu meningkatkan diri bukan saja sebagai penghasil, melainkan juga sebagai konsumen hasil barang sendiri.

Pasar sendiri perlu diciptakan, dan ini bergantung pada kemakmuran rakyat. Oleh sebab itu, pada akhirnya tenaga beli rakyat perlu ditingkatkan, dan karena itu politik ekonomi perlu ditujukan ke arah ini.

Hatta menunjukkan bahwa kecakapan memproduksi sendiri harus diikuti dengan kesadaran/kebanggaan mengonsumsi barang produksi sendiri.

BACA JUGA:UGJ Tuan Rumah CICEE 2024

Ada pelaksanaan moralitas yang simultan antara produsen dan konsumen. Pertanyaannya, politik ekonomi hari ini sudah semasif apa untuk menunjukkan simulatnisme jenis moral ini dalam pembangunan?

Moralitas tertinggi, sekali lagi perlu ditekankan, harus dilaksanakan oleh penyelenggara sistem pemerintahan.

Jauh merujuk pada tulisan Tirto Adhi Soerjo dalam artikel yang berjudul Bahaya Kemiskinan Mengancam Tanah Priangan yang dinukil dari Soenda Berita, No 6, Tahun II, 10 April 1904, dengan judul asli Bahaja Kemelaratan Mengantjam Tanah Priangan, disampaikan bahwa “maka pertama-tama hal ini patut diperhatikan oleh kepala-kepala.

Lapangkanlah ikhtiarnya supaya pejagaan keselamatannya Anak Negeri diperhatikan, bekerjalah akan guna orang banyak, jangan akan guna diri sendiri.

BACA JUGA:Satgas Ops Damai Cartenz Tembak Mati KKB

Tags :
Kategori :

Terkait

Terkini

Jumat 15 Nov 2024 - 22:05 WIB

Bos Lion Air Pimpin Garuda Indonesia

Jumat 15 Nov 2024 - 21:28 WIB

Fokus Percepatan Pengisian Jabatan ASN

Jumat 15 Nov 2024 - 21:26 WIB

Indonesia-Peru Perkuat Kerja Sama