Sekelompok warga Belanda melakukan demonstrasi di Dam Square, ibukota Amsterdam, akhir pekan kemarin (2/12). Aksi unjuk rasa tersebut untuk mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kebangkitan gerakan ekstrem kanan setelah politisi anti-Islam dan xenofobia, Geert Wilders, meraih jumlah kursi parlemen terbanyak dalam pemilu Belanda.
Para pengunjuk rasa memprotes kebangkitan ekstrem kanan serta kemenangan partai Wilders, Partai Kebebasan (PVV), dalam pemilihan umum.
Pengunjuk rasa tersebut juga menyerukan agar pemerintah menentang "kebijakan apartheid" Israel dan mengakhiri serangan terhadap Gaza. Di tengah-tengah aksi demonstrasi, poster-poster dengan tulisan "Tidak untuk fasisme" dan "Geert=fasisme" terpampang, sementara seruan-seruan menentang fasisme dan rasisme bergema di udara.
"Tidak untuk fasisme! Hentikan rasisme!" seru mereka.
BACA JUGA:Situasi Gaza Selatan, Mengalami Pengeboman Terparah
Salah satu pengunjuk rasa, Lars Meijer, berusia 23 tahun, menyatakan kepada Anadolu bahwa ia bergabung dalam demonstrasi tersebut untuk menentang Wilders. Menurutnya, Wilders memiliki agenda yang bertujuan untuk melarang kitab suci umat Islam, Alquran, serta menutup mesjid, dan disebutnya sebagai "fasis." Meijer juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap meningkatnya Islamofobia jika Wilders menjabat sebagai perdana menteri.
Di sisi lain, Roos Korste, seorang pengunjuk rasa berusia 60 tahun, menyatakan kepada Anadolu bahwa situasi di negara tersebut bisa memburuk jika PVV memenangkan kekuasaan.
Hasil resmi akhir dari pemilihan parlemen di Belanda mengonfirmasi kemenangan pemimpin sayap kanan, Geert Wilders. Partai Islampobia untuk Kebebasan (PVV) yang dipimpin oleh Wilders memperoleh 37 kursi, menempatkannya sebagai partai utama. Diikuti oleh GroenLinks-PvdA dengan 25 kursi, sebuah koalisi yang dipimpin oleh mantan komisaris Eropa Frans Timmermans.
BACA JUGA:Inovasi Kesehatan, Rumah Sakit Apung Diapresiasi Internasional
Perjuangan politik di Belanda tidak hanya memengaruhi warga Belanda sendiri, tetapi juga menarik perhatian global, terutama dalam konteks ketegangan terkait isu multikulturalisme dan xenofobia, serta memicu respons dari berbagai pihak di dalam dan luar negeri.
Demonstrasi ini menunjukkan bahwa ada kekhawatiran yang mendalam terkait arah politik yang diusung Wilders serta potensi dampaknya bagi masyarakat Belanda dan hubungan bilateral dengan negara lain. (ant)