Keenam, integritas moral pendidik. Sebagai seorang profesional, guru semestinya mengedepankan kepentingan orang-orang yang dilayaninya.
Integritas moral seorang profesional pertama-tama ditentukan oleh pembelaannya dan pelayanannya terutama demi kepentingan publik.
Para guru profesional semestinya mengutamakan kepentingan orang-orang yang dilayani dahulu, dibandingkan dengan kepentingan pribadi mereka sendiri.
BACA JUGA:Wakil Rakyat Mulai Naik Darah
Karena itu, pengembangan integritas moral biasanya disertai dengan kesediaan untuk mengelola pengalaman pribadinya, mengatasi konflik personal yang dihadapinya, sehingga ia mampu menjadi sosok individu yang berintegritas ketika menampilkan diri dihadapan siswa.
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang diutus kepada seluruh umat manusia untuk membangun karakter. Dalam sabdanya, “Bu’itstu liutammima makarima al-akhlaqi (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan karakter (akhlak) manusia.” (H.R. Baihaki).
Toto Suharto dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam menjelaskan, dalam konsep Islam, Muhammad SAW adalah al-Muallim al-Awwal (pendidik pertama dan utama), yang telah dididik oleh Allah Rabb al-’Alamin. Pendidik teladan dan percontohan ada dalam pribadi Rasulullah yang telah mencapai tingkatan pengetahuan yang tinggi, akhlak yang luhur, dan menggunakan metode dan alat yang tepat, karena beliau telah dididik melalui ajaran-ajaran yang sesuai Alquran.
Allah SWT menampilkan kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai gambaran utuh sistem kehidupan, sebuah gambaran yang hidup dan abadi sepanjang sejarah kehidupan manusia. Ketika Aisyah RA ditanya tentang karakter Nabi SAW, ia menjawab, “Karakter (akhlak) Rasulullah adalah Alquran.” (H.R. Baihaki).
BACA JUGA:Hardiknas Tingkat Kota Cirebon Meriah
Tidak salah jika Sa’id Hawwa dalam bukunya Tazkiyatun Nafs mengungkapkan bahwa, tidak mungkin kita dapat mengikuti karakter (akhlak) Nabi Muhammad SAW, kecuali dengan mempelajari Alquran.
Pembangunan pendidikan karakter baru berhasil jika menjadikan Alquran sebagai pedoman operasionalnya dan perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai landasan etikanya. Kemudian, dapat melahirkan moderasi agama dalam pendidikan. Wallahu a'lam. (*)
Penulis adalah Penulis Buku Muhammad SAW The Great Educator dan Pendidik di Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat