Dari pernyataan tersebut, diberikan sebuah contoh seoarang penjahat akan ditangkap dan diadili karena telah melakukan tindak kejahatan.
Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa pernyataan itu merupakan rasionalitas epistemic karena pernyataan masuk akal dan diyakini kebenarannya yang artinya jika seseorang melakukan tindak kejahatan maka sudah pasti harus diadili.
Nah, sekarang jika anda sedang dikejar oleh hewan buas di Tengah hutan, lalu anda tiba di tepi jurang. Anda berpikir untuk melompati jurang untuk menghindari hewan buas tersebut. Akan tetapi anda tidak yakin apakah anda akan berhasil melompati jurang dengan selamat. Tapi jika anda tidak melompati jurang itu maka anda akan diterkam oleh hewan buas tersebut.
BACA JUGA:Harga Komoditas Bahan Pangan Melonjak Tajam, Warga Indramayu Desak Pemerintah Stabilkan Harga
Jika tujuan anda adalah ingin menyelamatkan diri Anda, maka tindakan terbaik yang harus dilakukan adalah mengabaikan bahayanya dan menghilangkannya dari pikiran Anda serta anda fokus hanya pada lompatan.
Dari pernyataan tersebut, keyakinan apakah baerhasil dalam melompati jurang termasuk rasionalitas epistemic? Benar dikatakan rasional, rasional yang memiliki tujuan yang tepat akan tetapi bukan termasuk rasional epistemik dikarenakan rasinonalitasnya hanya bertujuan untuk menipu diri sendiri sehingga dikatakan rasionalitas non-epistemik.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai rasionalitas epistemic, maka konsepsi rasionalitas epistemik dapat mengelompokkannya menjadi dua yaitu konsepsi deontic dan non deontic.
Konsepsi Deontik adalah suatu bentuk internalisme (dapat dikatakan sebagai sesuatu yang dapat dikontrol) epistemik yang menggambarkan hubungan erat antara kedudukan epistemik dan apa yang menjadi tanggung jawab.
Dapat dikatakan bahwa seseorang dapat membentuk keyakinannya dengan menggunakan norma epistemic yang salah asalkan ia melakukannya tanpa cela.
BACA JUGA:DPRD Gelar Paripurna, Syarat Minimal Luas Cirebon Timur Masih Multitafsir
Sebagai contoh:
Contoh: Kepada bapak/ibu sekalian, kami mohon partisipasinya pada kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus mendatang.
Sedangkan konsepsi non-deontik adalah suatu bentuk eksternalisme (bergantung pada faktor-faktor di luar kendalinya) epistemik yang memungkinkan seseorang membentuk keyakinannya secara bertanggung jawab.
Contoh: cara seorang anak kecil membentuk keyakinannya hanya dengan memercayai apa yang dilihatnya (misalnya, dia melihat mainan di depannya, dan percaya bahwa ada mainan di depannya).
Anggaplah keadaan normal dan tidak ada hal spesifik yang menunjukkan bahwa indranya harus diragukan dalam kasus ini (misalnya, tidak ada seorang pun yang memberi tahu dia, secara keliru, bahwa Ayahnya telah meninggalkan beberapa prototipe yang tampak seperti mainannya).
BACA JUGA:Kurangi Sampah Plastik, PT KAI Siapkan Air Minum Gratis
Bukankah kita akan mengatakan bahwa keyakinan seperti itu adalah contoh dari pengetahuan – yaitu anak tahu bahwa ada mainan di depannya? Masalahnya, tentu saja, kita tidak akan menganggap anak tersebut percaya secara bertanggung jawab, karena dia sebenarnya tidak menaruh perhatian sama sekali pada bagaimana dia membentuk keyakinannya – dia hanya melakukan apa yang wajar dalam dirinya.