Oleh: Subandi MHum
KAUM muslim tumpah ruah menyambut kedatangan Ramadan dengan ragam ekspresi. Ramadan -yang juga disebut bulan puasa- sangat istimewa, sebab membawa maslahat begitu banyak dalam kehidupan khususnya kaum muslim.
Pertama, puasa adalah pensucian diri menghapus dosa dengan berbagai takarannya; dosa besar ataupun dosa kecil. Kedua, seorang muslim yang melaksanakannya dengan sangat baik akan mendapatkan ganjaran sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam Alquran dalam Surah Al-Baqarah: 185.
Kendati demikian, dalam perjalanannya, puasa mengalami problem. Masalah ini tidak lahir dari ruang hampa, melainkan oleh kondisi tertentu. Dalam perbincangan, puasa tentu tidak bermasalah, tetap sama ketika diturunkannya.
Dalam pelaksanaannyalah seringkali bermasalah. Penyebabnya karena kondisi yang menurut penulis diakibatkan oleh kecenderungan manusia pada kesadaran materialisme.
EVOLUSI KESADARAN
Kesadaran manusia seringkali mengalami perkembangan dan dinamika. Mulanya, kesadaran berada pada tahapan teologis. Pada fase ini, manusia sangat mistik yang meyakini entitas absolut yang disebut Tuhan.
Tuhan diyakini sebagai wujud yang eksis di luar nalar manusia yang memiliki kekuatan mengendalikan jagat raya. Konsekuensinya adalah manusia memasrahkan diri untuk tunduk dan patuh pada kewajiban dan kehendak yang telah direncanakan rapi oleh Tuhan.
Berikutnya adalah kesadaran positivistik. Kesadaran ini adalah tahapan perkembangan manusia yang disebut Auguste Comte sebagai tahap kesempurnaan kesadaran manusia. Kesadaran positivistik dianggap melampaui kesadaran teologis.
Manusia pada tahapan ini mencapai sains yang sanggup menjelaskan fenomena dan hukum yang mengatur kejadian alam semesta dan hubungannya dengan manusia dengan metodologi penelitian empiris.
BACA JUGA:UU Desa Direvisi, Pamkab Cirebon Masih Menunggu PP dan Revisi Perda
Tahapan positivistik ini menariknya telah dikukuhkan sebagai paradigma oleh rezim sains yang mempengaruhi pola hidup manusia secara keseluruhan.
Itu artinya paradigma positivisme membonsai tatanan kehidupan manusia -termasuk ranah privat- ke arah materialisme.
Ilmu ekonomi, sosiologi, hukum dan sebagainya diteorikan dengan pendekatan empirik. Khusus ekonomi, solusi yang ditawarkan adalah manusia yang ingin bahagia dan sejahtera yaitu dengan memenuhi segala kebutuhannya. Syaratnya adalah wajib kaya finansial.