Menjadi Perindu Ramadan

Rabu 28 Feb 2024 - 17:44 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

BACA JUGA:Ini Dia Caleg Terpilih Termuda

Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadan).”(La ā’if al-Ma’ārif, 148)

Banyak Bertobat dan Beristigfar

Menyambut tamu agung ini, hendaknya kita bertekad untuk meninggalkan dosa-dosa dan kejelekan, serta bertobat dengan sungguh-sungguh dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tidak mengulanginya lagi.

Mengapa? Karena bulan Ramadan adalah bulan tobat. Barangsiapa yang tidak bertobat di dalamnya, maka kapan lagi ia akan bertobat?

BACA JUGA:Disnaker Tuan Rumah Forum Perangkat Daerah

Syekh Mu ammad bin Mu ammad Mukhtār al-Syinqī ī pernah ditanya, “Dengan amalan apa Anda menasehati saya dalam menyongsong datangnya musim ketaatan (Ramadan)?”

Syekh menjawab (di antaranya), “Berbahagialah bagi orang yang menyambut bulan ini dengan bertobat kepada Allah dan kembali kepada Allah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat, dan Allah gembira dengan pertobatan hamba-Nya, maka sambutlah bulan Ramadhan, dengan hati yang tunduk, bertobat kepada Allah.” (Syar Zād al-Mustaqni’, 123, 23).

Mengapa taubat menjadi penting? Jawabannya adalah karena ibadah dan amal saleh hanya mampu dikerjakan dengan hati yang bersih dan kuat, atas rahmat dari Allah, sementara dosa-dosa membuat hati kita kotor dan jiwa menjadi lemah. Hati yang bersih dengan tobat akan menuntut jiwa dan raga untuk taat kepada Sang Pencipta.

*Tuntut Ilmu Ramadan

BACA JUGA:Poktan Gropyokan Basmi Hama Tikus

Di antara poin yang tak kalah pentingnya adalah mengerti dan memahami hukum-hukum Ramadan.

Wajib bagi setiap mukmin untuk melandasi ibadahnya kepada Allah Ta’ālā dengan ilmu yang benar. Tidak ada alasan bagi setiap mukmin untuk tidak mengetahui ilmu yang berkenaan dengan hal-hal yang telah diwajibkan kepadanya.

“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”, demikian pesan Nabi kita, Muhammad allallāhu ‘alaihi wa sallam (Sunan Ibnu Mājah, 1: 81/224). Bekal ini amat penting agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan.

Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, bisa jadi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saat puasa.

BACA JUGA:Kolaborasi Kelola Pusat Informasi Sahabat Anak

Tags :
Kategori :

Terkait