Oleh: Achmad Salim*
HARI-hari yang indah dan didambakan itu kini akan kembali datang kepada kita. Dia adalah hari-hari bulan Ramadan, bulan yang mengundang kerinduan para hamba padanya, demi melewati malam-malamnya yang syahdu dan hari-harinya yang mengantarkan doa-doa para hamba menembus langit pada tiap lapisannya.
Banyak yang mengatakan rindu pada bulan Ramadan. Namun sayang, mereka tidak mempersiapkan diri menyambutnya, sehingga Ramadan datang dan pergi begitu saja tanpa meninggalkan makna yang berarti dalam hati dan jiwanya.
Itulah sebabnya, persiapan dalam menyambut kedatangan Ramadan menjadi teramat penting, sehingga kita tidak “dihukum” dengan ketidakberdayaan dalam melakukan kebaikan dan kehinaan karena ketidakmampuan untuk menambah ketaatan.
Karenanya, bersiaplah dengan banyak berpuasa di hari-hari sebelumnya, lakukanlah salat malam, perbanyaklah membaca Alquran, lazimkanlah zikir kepada Allah, dan ringankan tangan untuk banyak bersedekah menanti hari-hari keberkahannya.
BACA JUGA:Memperkenalkan Wisata Eduheritage kepada Generasi Muda
Semua ini menjadi latihan dan pembiasaan, agar tubuh dan jiwa kelak terbiasa untuk beribadah di hari-hari Ramadan.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Rajab adalah bulan persemaian, Syakban adalah bulan pengairan.
Sedangkan Ramadan adalah bulan memetik buah. Agar buah dapat dipetik di bulan Ramadan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Begitulah persiapan yang mestinya diupayakan.
*Bersyukur dan Bergembira
BACA JUGA:Selanjutnya Anak Disabilitas
Bersyukur dan memuji Allah Sub ānahu wa Ta’ālā atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita adalah sebuah adab yang mesti dilakukan. Setelah bersyukur, kita pun wajib bergembira dengan kedatangan bulan Ramadan.
Para ulama terdahulu di kalangan sahabat, tabiin, dan generasi setelahnya, sangat gembira dengan kedatangannya.
Ibnu Rajab al-Hambali berkata, “Bagaimana tidak gembira, seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga, tertutupnya pintu-pintu neraka.
Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu.