Literasi yang Keropos

Minggu 25 Feb 2024 - 20:48 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

BACA JUGA:Peduli Porter dan PJL, MSP Berbagi 155 Paket Sembako

Di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ristek, terpantau telah mengumumkan akan memberikan bantuan pendanaan bagi setiap komunitas penggerak literasi yang dinyatakan lolos seleksi.

Inisiatif ini penting disambut baik. Namun, di lain sisi, kita patut mendasarkan kecurigaan amat dalam. Pasalnya, bantuan berupa modal kapital oleh negara atau korporasi jarang berkepentingan tunggal, selalu memiliki kepentingan ganda dan itu terselubung.

Kehadirannya (negara atau korporasi) hanya realitas citraan yang terkadang selalu dimanipulasi. Sekaitan dengan itu, Martin Heidegger telah mengungkapnya dalam filsafat Fenomenologinya.

Heidegger mengatakan bahwa kehadiran atau Ada (Zein) sebagai sesuatu yang menampakkan kedirian.

BACA JUGA:SMP Al-Irsyad Al-Islamiyyah Gelar Semaan Ke-4

Fenomenologi ala Martin Heidegger mengemukakan bahwa setiap realitas menyibak fenomena yang darinya mengungkap yang Ada.

Heidegger lebih lanjut menjelaskan bahwa kita harus membiarkan yang Ada menampakkan diri pada dirinya sendiri (Hardiman, 2016).

Kendati demikian, penampakan Ada tidak pernah sederhana. Terkadang, penampakan yang Ada adalah tersembunyi atau hanya kepura-puraan menampakkan diri. Apa maksudnya? 

Kita cenderung memaknai fenomena sebagai apa adanya, padahal fenomena tidak selalu menampakkan diri apa adanya. Pada konteks inilah kapitalisasi literasi menimbulkan masalah.

BACA JUGA:Pengumuman Hasil Seleksi PPIH Arab Saudi 1445 H/2024 M Ditunda

Bantuan modal kapital kepada komunitas literasi, di balik layar -sebenarnya- adalah bentuk kamuflase. Tujuan sebenarnya adalah kepentingan menjaga reputasi di mata global alih-alih menjadikan literasi sebagai instrumen legitimasi kekuasaan. 

Jangan dilupakan sebagaimana Foucault menjelaskan, negara adalah superstruktur yang memiliki perangkat jaringan yang berfungsi menginvestasi seksualitas, pengetahuan, teknologi, kekerabatan, keluarga, dan tubuh sekalipun (Foucault, 2017) untuk melanggengkan kekuasaan.

Gelontoran modal yang disuntikkan kepada komunitas literasi adalah proses bagaimana literasi dikapitalisasi.

Hal ini pada gilirannya dapat mengeroposkan sendi-sendinya sendiri jika komunitas literasi yang ada terus menerus bergantung pada sistem pendanaan yang dibiayai oleh negara atau korporasi.

BACA JUGA:Gunung Semeru Kembali Erupsi

Kategori :

Terkait

Sabtu 10 Aug 2024 - 20:01 WIB

Waktu Guru dan Professional Burnout

Minggu 28 Jul 2024 - 10:56 WIB

Jawaban Atas Pertanyaan

Jumat 01 Mar 2024 - 16:42 WIB

Korelasi Ilmu dengan Problematika Hidup

Kamis 29 Feb 2024 - 17:46 WIB

Eksistensi AI Pada Generasi Alfa