Gowes Suka-suka (GeSS) melakukan touring dari Tugu Pahlawan Surabaya menuju Jakarta. Dimulai sejak Sabtu (25/11) dengan perkiraan semua anggota akan sampai di Jakarta, tepatnya di Monas, pada Kamis (30/11). Perjalanan ini menempuh jarak sekitar 600 km.
Salah satu anggota GeSS yang ikut touring adalah Abdul Muis. Ia menuturkan, GeSS adalah komunitas pesepeda di Surabaya yang anggotanya berusia di atas 50 tahun. Komunitas ini dibentuk secara suka-suka hasil pertemuan di jalan. “Ini merupakan gowes jarak jauh yang ke-7 kali dilaksanakan," ungkap Abdul Muis saat singgah di Graha Pena Radar Cirebon, Selasa malam (28/11).
Untuk touring yang dilaksanakan kali ini, diikuti oleh 13 orang, 3 di antaranya memutuskan untuk berhenti di Cepu, Bojonegoro. Hingga Selasa (28/11) rombongan pun sampai Cirebon. Dengan menggunakan sepeda hybrid, gowes kali ini pun merupakan gowes mandiri, di mana tidak ada panitia di dalamnya.
Sehingga para pesepeda memiliki tanggung jawab masing-masing akan perlengkapan, jungki ban, ban serep, hingga kebutuhan makan. “Hingga saat ini semuanya masih kuat gowes dengan kemampuan speed masing-masing," ungkapnya.
BACA JUGA:“Luru Gosong” ala Kadal: Bersepeda 325 Km Cirebon-Jogja
Dalam gowes mandiri ini, kesetiakawanan tetap diperlukan. Maka ketika ada rombongan yang lemah, tidak boleh ditinggal. Untuk itulah, Abdul Muis yang akrab disapa Cak Amu itu dalam perjalanannya menuju Jakarta terus beriringan dengan Safwan, salah satu anggota GeSS yang berusia 69 tahun.
Meski Safwan sudah lima kali mengalami ban sepeda bocor, ia tetap gowes dengan penuh semangat. “Ban sepeda yang bocor ini cukup memakan waktu sampai tertinggal. Tapi tak apa, yang penting nikmati perjalanan hingga sampai," ungkapnya.
Dalam menempuh perjalanan ini, masing-masing anggota membawa tas dan keperluan yang beratnya mencapai 25 kg. Cak Amu mengatakan jarak jauh yang ditempuh ini memang sudah bukan hal baru lagi. Karena mereka sudah terbiasa gowes dengan jarak rata-rata 100 km per hari. “Dalam touring beberapa hari ini sangat diperlukan stamina, kesabaran, dan tekad yang kuat," ujarnya.
Menjaga stamina dan manajemen waktu adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam touring kali ini. Masing-masing orang mengetahui kapan harus berhenti dan kapan harus tetap gowes. Perjalanan ini, menurut Cak Amu, seperti roda berputar. “Harus dinikmati setiap perjalanannya. Gunakan teknik, kalau tidak kuat berhenti sejanak," ungkapnya.
BACA JUGA:Adji Annisa Rahmadina, Mahasiswi FH UGJ Cirebon Terpilih Menjadi Delegasi UNAI PBB
Saat touring seperti ini, biasanya rombongan tak mengenal waktu dan cuaca. Cuaca harus menjadi sahabat, baik dalam kondisi dingin maupun panas. Saat hujan, bisa membuat mata perih. Sementara cuaca panas, memilliki tantangan tersendiri karena bisa menghabiskan stamina.
“Untuk menjaga stamina terutama saat cuaca panas, saya selalu sedia kurma karena kurma merupakan buah yang cepat larut begitu dimakan menjadi energi," jelasnya.
Cak Amu setiap harinya memulai gowes pukul 06.00 WIB dan mengakhiri perjalananya setiap waktu maghrib tiba. Sepanjang perjalanan, rute Cepu menuju Semarang merupakan medan yang dilewati dengan cuaca panas luar baisa di antara medan lainnya.
Lalu perjalanan Pemalang ke Tegal merupakan perjalanan yang paling tidak nyaman karena sedang ada perbaikan jalan. Barulah di perjalanan Pemalang ke Cirebon, kata dia, cuaca mendung disertai gerimis. “Perjalanan Pemalang ke Cirebon sejauh ini jadi rute yang paling nyaman," terangnya.
BACA JUGA:Soal Gemoy, Gelora Serang Balik PKS