Krisis Identitas

Jumat 16 Feb 2024 - 18:08 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

BACA JUGA:Ada Kasus DPTb dan Pemilih Siluman, Bawaslu Kota Cirebon Rekomendasi 5 TPS Gelar PSU

Pertama, mengaitkan seluruh perilakunya dengan syariat. Syariat adalah hukum dan aturan dalam Islam yang mengatur kehidupan manusia.

Islam mengatur hubungan manusia dengan Pencipta, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Setiap langkah yang diambil harus sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Al Quran dan sunnah Rasulullah.

Pelaksanaan pengaturan dalan Islam yang menyangkut hubungan manusia dengan Pencipta dapat dilaksanakan per individu karena menyangkut ibadah ritual seperti, sholat, puasa, zakat.

BACA JUGA: Masa Pelunasan Bipih Diperpanjang, Kota Cirebon Sisa 78 Lagi

Begitu pula hubungan manusia dengan dirinya sendiri karena menyangkut pakaian, makanan dan akhlak. Tetapi apabila menyangkut hubungan manusia dengan sesama diperlukan pengaturan sistemik.

Misalnya saja dalam bidang pendidikan, dalam Islam pendidikan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh negara baik dengan harga murah bahkan gratis.

Pembiayaannya diperoleh dari pengelolaan SDA oleh negara. Asas pendidikan adalah akidah Islam dengan tujuan membentuk generasi yang memiliki syakhsiyah(kepribadian) Islam dan penguasaan ilmu sains dan teknologi. Syakhsiyah Islam terbentuk dari pola pikir dan pola sikap Islam.

Hal tersebut tidak dapat terwujud tanpa adanya pengaturan sistemik dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial yang menerapkan aturan Islam. Sementara penerapan aturan Islam secara menyeluruh membutuhkan peran negara.

BACA JUGA:Pilpres Berpeluang ke MK

Kedua, standar kebahagiaan seorang muslim adalah meraih ridha Allah SWT. Bahagia dalam pandangan Islam menjalankan perintah dan larangan-Nya. Karena itu, seorang muslim apabila ingin mendapatkan kebahagiaan bukan dengan mengejar materi ataupun hidup bebas sesuakanya.

Kebahagiaan akan hadir pada diri seorang muslim apabila menjalani hidup sesuai syariat. Tentu di bawah pengaturan sistem kapitalisme, seorang muslim tidak akan mendapatkan kebahagiaan hakiki.

Misalnya ekonomi kapitalisme membolehkan riba, sementara dalam Islam jelas diharamkan. Dosanya sama dengan menzinahi ibu sendiri. Saat ini apakah kita bisa terbebas dari riba?

Lalu bagaimana mungkin akan ada ketenangan dan kebahagiaan melingkupi seorang muslim, padahal jelas telah menyalahi aturan Sang Pencipta. Mengambil aturan selain dari Sang Pencipta adalalah kemaksiatan, kemaksiatan akan membawa pada kesengsaraan.

BACA JUGA:Segera Operasi Pasar Beras Murah

Kategori :

Terkait

Sabtu 10 Aug 2024 - 20:01 WIB

Waktu Guru dan Professional Burnout

Minggu 28 Jul 2024 - 10:56 WIB

Jawaban Atas Pertanyaan

Jumat 01 Mar 2024 - 16:42 WIB

Korelasi Ilmu dengan Problematika Hidup

Kamis 29 Feb 2024 - 17:46 WIB

Eksistensi AI Pada Generasi Alfa