Pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), Ikhwanul Maarif menilai, debat ketiga Pilpres 2024 kurang menyentuh subtansi dari tema debat yang ditentukan, yakni pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik. Ketiga calon dianggap tidak mengelaborasi antara gagasan yang disampaikan dengan masalah substantif terutama pada isu pertahanan.
"Ya meskipun debatnya itu berlangsung dengan panas tapi isinya tidak menyentuh substansi yang sesuai tema, padahal untuk isu pertahanan mestinya para capres mampu mengelaborasi secara komprehensif beragam persoalan dan tantangan yang ada hari ini," kata Ikhwanul kepada wartawan, Rabu (10/1).
"Misalnya persoalan politik ekonomi global tidak banyak dibahas, penguatan institusi keamanan dalam negeri, termasuk isu Papua dan terorisme, serta tantangan cyber security yang tidak hanya berkaitan dengan artificial intelligence (AI) dan berbagai isu lainnya menyangkut hankam," imbuhnya.
Selain tidak cukup subtansial, menurut Ikhwanul ketiga capres juga tidak cukup objektif dalam mengapresiasi berbagai progress kebijakan luar negeri di era Pemerintahan Joko Widodo, salah satunya positioning Indonesia dalam G20.
BACA JUGA:Naik Jadi Awas, Berikut Kondisi Gunung Lewotobi Sejak 1 hingga 9 Januari 2024
Ikhwanul pun berharap agar ketiga capres lebih memperbaiki subtansi yang hendak disampaikan dalam debat-debat berikutnya. Jika tidak ia khawatir hanya akan melahirkan debat tanpa efek elektoral.
"Karena akan sangat disayangkan jika isu-isu penting yang dibawa capres tidak sampai ke masyarakat. Padahal ada isu-isu penting yang menurut kita perlu dibahas secara komprehensif, dan kita tidak mendengar narasi kuat masing-masing capres untuk memperkuat itu," imbuh Ikhwanul.
Namun secara umum, Ikhwanul turut memuji dinamika dalam debat yang berlangsung kemarin. Di mana tiap kandidat berani untuk tampil terbuka dan kritis.
“Bagi saya penting untuk melihat bahwa debat ketiga ini merupakan cerminan dari kualitas demokrasi kita saat ini. Di mana debat berlangsung terbuka dan dinamis, bahkan kritis sehingga menjadi Pendidikan demokrasi yang baik untuk anak muda,” tutup Ikhwanul. (jpnn)