Namun beberapa kondisi menyebabkan seorang perempuan beralih peran sebagai tulang punggung pencari nafkah utama untuk anggota keluarganya.
Beragam latar belakang bisa menyebabkan hal ini, diantaranya faktor perceraian, suami meninggal atau sakit, suami tidak bekerja, poligami, belum menikah tapi punya tanggungan keluarga, dan meningkatnya kebutuhan ekonomi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 12,73 persen kepala rumah tangga perempuan di Indonesia pada tahun 2023.
Hal ini bisa diartikan, 1 dari 10 kepala rumahtangga adalah perempuan. Definisi kepala rumah tangga di sini adalah orang yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga atau pengambil keputusan untuk rumah tangga tersebut.
BACA JUGA:Pastikan Misa Natal Berjalan Aman
Dengan demikian, tidak sedikit perempuan di Indonesia yang memainkan multi peran sebagai pemimpin dan tulang punggung rumah tangga.
Fenomena perempuan yang menjadi tulang punggung pencari nafkah dalam keluarga disebut female breadwinner (Kalajdzic, 2017).
Eboyehi Mologhalu dan Bankole (2016) mendeskripsikan female breadwinner sebagai para perempuan penanggung jawab utama dalam penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Perjuangan perempuan sebagai pencari nafkah utama pernah diangkat dalam sebuah film drama animasi berjudul The Breadwinner (2017) yang disutradarai oleh Nora Twomey.
BACA JUGA:Pencekalan Termasuk untuk Yasonna Laoly
Film ini bercerita tentang seorang gadis berusia 11 tahun bernama Parvana yang berpura-pura menjadi laki-laki untuk menghidupi keluarganya di Afghanistan saat pemerintahan Taliban.
Banyaknya fenomena female breadwinner perlu disikapi secara bijak sesuai penyebabnya. Adakalanya perempuan menjadi female breadwinner karena keterpaksaan seperti yang terjadi pada kasus perceraian, suami tidak bekerja karena sakit atau kena PHK, pengangguran berkepanjangan, ada keluarga yang harus ditanggung oleh seorang perempuan dan lain-lain.
Pada kondisi ini seorang perempuan terpaksa menjadi tulang punggung pencari nafkah karena tidak adanya pilihan. Mereka berusaha bertahan hidup dan menghidupi keluarga yang menjadi tanggungannya.
Ada juga female breadwinner yang terjadi karena sejak menikah penghasilan istrinya lebih tinggi dari suaminya. Pada kondisi ini, yang penting adalah bagaimana suami-istri bisa saling memahami dan bisa mengatur pembagian peran yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan menjadi female breadwinner bukan berarti sebuah penghinaan bagi laki-laki.
BACA JUGA:Kejar Harun Masiku, Ketua KPK: Tak Mengenal Waktu
Jenis pekerjaan informal dan paruh waktu lebih dipilih para ibu rumah tangga seperti berjualan, buruh cuci, memasak dan usaha mikro lainnya.