MAJALENGKA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Majalengka mengimbau kepada seluruh masyarakat Jawa Barat khususnya kabupaten Majalengka untuk waspada terkait potensi cuaca ekstrem disebagian wilayah Indonesia pada periode Nataru tahun 2023/2024.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati Dyan Anggraini menjelaskan, BMKG pusat telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di sebagian wilayah Indonesia pada periode Nataru ini.
"Peringatan ini sejak tanggal 18 Desember 2023 dan diperbaharui kembali pada tanggal 23 Desember 2023. Jawa Barat termasuk salah satu wilayah yang masuk dalam kategori peringatan dini selama periode tersebut," jelasnya.
Berdasarkan pengamatan BMKG, maka kondisi cuaca di wilayah Provinsi Jawa Barat dalam sepekan ke depan sejak 27 Desember 2023 hingga 3 Januari 2024 masih berpotensi dilanda hujan sedang hingga lebat, terutama pada siang hingga malam hari yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
BACA JUGA:Kecerdasan Dikemas Religiusitas
Sedangkan berdasarkan Prakiraan Berbasis Dampak IBF (Impact Based Forecast), maka beberapa wilayah yang masuk dalam kategori waspada untuk dua hari kedepan, antara lain Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Kep. Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, dan Papua.
Adapun wilayah itu yang masuk dalam kategori siaga untuk dua hari kedepan yaitu meliputi Aceh, Sumatera Utara dan Riau.
"Kami menghimbau kepada masyarakat dan instansi terkait agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga sepekan kedepan," imbaunya.
Khusus untuk daerah bertopografi curam atau bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir, BMKG meminta masyarakat setempat untuk tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang.
BACA JUGA:Patokan Tahun Hari Jadi Kota Cirebon Segera Berubah
Hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem tersebut, akibat dinamika atmosfer diantaranya melemahnya pusat tekanan rendah yang membentuk sirkulasi angin di sekitar Laut Cina Selatan.
Hal ini menyebabkan aliran massa udara basah dari utara masuk ke wilayah selatan ekuator dan membentuk pola pertemuan angin di sekitar wilayah Jawa Barat sehingga memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan yang intens di sekitar Jawa Barat.
"Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya aktifitas gelombang Kelvin dan Rossby Wave yang aktif bersamaan di sekitar wilayah Indonesia bagian Barat," tukas Anggraeni. (ono)