Bagi guru yang pro pada UN, keinginannya UN dilaksanakannya kembali karena peduli pada generasi muda Indonesia yang dirasa mengalami penurunan motivasi belajar.
Saya yakin, para guru juga mempertimbangkan masa lalu yang sudah ketika UN diadakan. Guru harus memberikan pengayaan, membuat tim sukses, memberikan layanan husus bagi siswa yang berpotensi mendapatkan nilai rendah. Orang tua juga harus ikut ekstra kerja.
BACA JUGA:Bhabinkamtibmas Desa Tuk, Adakan Kegiatan Sambang Dialogis Bersama Warga
Mengantar anak untuk pengayaan pada jam ke 0, atau menunggu lebuh lama ketika siswa melakukan tambahan belajar samapi sore.
Kesusahan itu rasanya tidak seberapa ketika melihat kecenderungan siswa yang mengalami motivasi belajar yang rendah. Maka bukan mendukung yang pro dan kontra, tapi persoalan siswa belajar dengan motivasi rendah ini urgen segera diatasi.
Sesuatu yang cito yang segera dilakukan tindakan. Maka menengahi persoalan di atas, dapat diusulkan UN tetap dilaksanakan tapi semua siswa tetap lulus. UN tapi bergaya Assesment yang sekarang sudah berjalan.
Seperti halnya assessment yang sekarang dilaksanaka, siswa yang mengikuti assessment tidak terkait lulus tidak lulus, tapi terkait dengan mutu layanan pendidikan oleh lembaga tersebut.
BACA JUGA:Puncak Peringatan HSN Dihadiri Pelantun Salawat, Sayyid Zulfikar Basyaiban Al-Idrisi
Maka akibat dari UN atau Assesment Nasional (AN) nanti bukan berdampak pada siswa secara individu tapi berdampak pada lembaga.
Kualitas siswa sangat ditentutakan oleh tingkat layanan lembaga atau sekolah. Maka hasil AN merupakan rekomendasi untuk sekolah. Berbeda dengan assessment sekarang karena pelaksanaannya di kelas akhir dan dokumen hasil assessmentnya diberikan kepada siswa. (*)
*Penulis adalah Guru PAI Senior SMP Negeri 8 Kota Cirebon