Perkembangan Psikologis Dampak Digitalisasi

Jumat 08 Nov 2024 - 16:26 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Oleh: Mukhammad Alwani*

KITA semua pasti sering mendengar istilah: menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh. Atau istilah strawberry generation, generasi yang kreatif; suka tantangan; tapi rapuh secara mental.

Dua istilah tersebut adalah istilah yang identik dengan fenomena globalisasi dan digitalisasi. 

Digitalisasi, mempermudah akses kita untuk mendapatkan informasi terbaru, melakukan percakapan dengan orang dari belahan dunia lain, mempersingkat waktu, dan tentu saja membuat ongkos yang harus dikeluarkan jadi lebih murah.

BACA JUGA:Episode Baru bagi Buruh

Akan tetapi, sebagaimana petuah yang diberikan oleh Sophocles seorang filsuf Yunani “Tidak ada hal besar yang masuk ke dalam kehidupan manusia tanpa kutukan” (White, 2020). 

Tidak ada hal yang gratis, seluruh hal punya konsekuensinya. Digitalisasi dan globalisasi, mempermudah kehidupan kita sekaligus membuat kita rapuh secara mental dan membuat kita lupa cara menjadi manusia.

Menurut beberapa penelitian, mengenai kesehatan mental dan globalisasi serta digitalisasi menunjukkan bahwa di era digital ini manusia cenderung jauh lebih berisiko mengalami gangguan mental (Effendi, 2023).

Bagaimana tidak, kehidupan kita saat ini penuh dengan begitu banyak distraksi dalam satu teknologi kecil bernama smartphone.

BACA JUGA: Setelah Turun Hujan Atap SDN Nunuk Ambruk

Berapa banyak dari kita yang ketika baru bangun langsung mengecek hp? Berapa banyak dari kita yang ketika baru bangun pergi ke kamar mandi atau mengambil minum sambil membawa hp? 

Begitulah rutinitas bangun tidur mayoritas orang hari ini. Seolah-olah dunia akan pergi menjauh atau dia akan kehilangan hal yang berharga kalau ketinggalan informasi.

Atau apa yang biasa disebut sebagai FOMO atau fear of missing out; perasaan khawatir bahwa Anda mungkin akan melewatkan acara menarik yang akan dihadiri orang lain, terutama yang disebabkan oleh hal-hal yang Anda lihat di media sosial.

Padahal otak kita punya kapasitas harian informasi yang bisa diolah. Menurut penelitian mengenai limitasi Memori kerja sistem kognitif dengan kapasitas terbatas yang dapat menampung informasi sementara yang penting untuk penalaran dan bimbingan pengambilan keputusan dan perilaku.

BACA JUGA:Taman Kehati Indramayu, Lestarikan Berbagai Spesies Tumbuhan dan Hewan

Tags :
Kategori :

Terkait