Pertama, melalui ilmu. Mengetahui bagaimana mekanisme manusia bernafas dengan paru-paru, melihat dengan mata, berjalan dengan kaki dan lain sebagainya.
Jika tahu hal tersebut demikian rumit melalui proses yang luar biasa maka manusia akan mudah merasakan Allah memberinya nikmat yang sangat besar.
Cara kedua, simulasikan apa yang terasa jika nikmat itu hilang. Coba lakukan saat bangun pagi tutup mata sehingga tidak bisa melihat.
Bagaimana rasanya berjalan, membuka pintu kamar mandi, mencari sikat dan pasta gigi dan melakukan aktivitas rutin lain di pagi hari. Apa sulit atau mudah? Tentu saja sulit.
BACA JUGA:Di Acara Bimtek, Oknum PPK Kuningan Cabuli Rekannya di Hotel
Itu baru satu nikmat yang disimulasikan hilang. Bagaimana jika juga tidak bisa berjalan? Tentu lebih sulit lagi.
Cara ketiga, mendapatkan musibah secara nyata bukan lagi simulasi. Tiba-tiba sakit sehingga sesak nafas dan harus pakai tabung oksigen dan ventilator seperti saat Covid-19 lalu. Jatuh dan cedera sehingga tidak bisa berjalan.
Hanya bisa berbaring di tempat tidur. Saat hal itu terjadi maka pasti terasa bahwa selama ini Allah memberikan nikmat yang banyak. Akan mudah bersyukur apalagi saat kembali sehat seperti sedia kala.
Kondisi kedua yaitu sulit bersyukur. Apa penyebabnya? Menurut dr Asep Hermana, penyebab manusia sulit bersyukur karena gagal atau salah fokus. Jika sakit gigi maka fokusnya pada gigi yang sakit.
BACA JUGA:12 Pejabat Ikuti Seleksi Terbuka Jabatan Sekda Kuningan
Tentu saja akan merasa sangat menderita. Bagaimana caranya agar tidak merasa menderita dan bisa bersyukur?
Geser fokus dari negatif ke positif. Allah memberi gigi sebanyak 32. Jadi hanya 1 gigi yang sakit.
Masih ada 31 gigi yang sehat. Fokus kepada gigi yang sehat dan syukurilah itu.
Dalam diri manusia ada banyak organ dan sistem. Ada sistem pernafasan, syaraf, motorik, dan lainnya. Bukan hanya pencernaan. Lihatlah organ dan sistem tubuh lain yang masih sehat. Syukurilah itu.
BACA JUGA:Timbulkan Pro dan Kontra, Seperti Apa Kelanjutan Layanan Bus BRT Kota Cirebon?
Dengan cara menggeser fokus pikiran maka akan memudahkan untuk bersabar bahkan bisa bersyukur atas musibah sakit yang dihadapi. Apalagi jika bisa menggali hikmahnya.