Oleh: Nur Eva Zakiah, M.Pd.
Mendefinisikan pengetahuan melibatkan pemahaman terhadap informasi atau fakta yang dimiliki oleh seseorang mengenai dunia sekitarnya.
Kesulitan dalam mendefinisikan pengetahuan ini dikenal sebagai masalah kriteria, yaitu (1) mengetahui kriteria pengetahuan untuk mengidentifikasi contoh-contoh pengetahuan; atau (2) mengidentifikasi contoh-contoh pengetahuan untuk menentukan apa saja kriteria pengetahuan.
Roderick Chisholm (1916–99) mengatasi masalah kriteria cenderung memulai dengan berasumsi bahwa telah mengetahui – atau setidaknya mampu mengidentifikasi melalui refleksi filosofis – apa yang dimaksud dengan kriteria pengetahuan.
Chisholm menyebut pendirian seperti itu sebagai metodologi, dan mengutip contoh terkenal dari seorang ahli metodologi, filsuf Perancis René Descartes (1596–1650). Berbeda dengan metodologi, Chisholm berargumentasi harus memahami sisi lain dari dilema ini dan mengambil posisi yang disebutnya partikularisme.
BACA JUGA:Leadership in Bureaucracy Reformation
Pengetahuan tidak bisa hanya berupa keyakinan yang benar, memperoleh keyakinan yang benar dengan berbagai cara yang aneh dan tidak pantas (tidak dibenarkan).
Plato menyatakan yang dibutuhkan adalah pembenaran atas keyakinan seseorang. Hal ini dikenal sebagai penjelasan klasik tentang pengetahuan, disebut pengetahuan ‘tripartit’ (yaitu tiga bagian).
Sesuatu disebut sebagai pengetahuan jika tiga hal telah terpenuhi, yaitu (1) benar; (2) percaya; dan (3) terbukti kebenarannya. Teori tentang definisi tripartit pengetahuan disebut juga dengan teori Justified True Belief (JTB).
Teori pengetahuan klasik terbukti tidak dapat dipertahankan, seorang filsuf bernama Edmund Gettier menawarkan serangkaian contoh tandingan yang menghancurkan terhadap catatan klasik: apa yang sekarang dikenal sebagai “Gettier Cases”.
BACA JUGA:Selama Turun ke Lapangan, SBY : Keinginan Masyarakat Tidak Muluk-muluk
Gettier menggunakan contoh penyangkalan (counterexample) terhadap teori JTB. Gettier Cases merujuk pada situasi dimana seseorang memiliki keyakinan yang benar, tetapi keyakinan tersebut tidak dianggap sebagai pengetahuan karena ada unsur kebetulan atau kejadian tak terduga yang terlibat.
Istilah ini berasal dari karya epistemologis Edmund Gettier yang mengkritik definisi tradisional pengetahuan. Dalam karya Gettier yang terkenal, "Is Justified True Belief Knowledge?" (1963), ia menyajikan kasus yang menunjukkan bahwa memiliki keyakinan yang benar dan dibenarkan (justified) tidak selalu cukup untuk dianggap sebagai pengetahuan.
Contoh sederhana Gettier Case dapat diilustrasikan dengan situasi berikut:
Anda berada di lapangan sepak bola dan melihat sebuah objek berwarna putih di kejauhan. Berdasarkan pengamatan Anda, Anda membentuk keyakinan bahwa “Objek itu adalah bola sepak putih”.