SURABAYA - Di sudut kota Surabaya, di antara sorakan dan nyanyian penuh semangat di Stadion Gelora Bung Tomo, terdengarlah suara-suara yang tak kalah menggema. Suara-suara ini bukanlah sorakan kemenangan, melainkan jeritan hati para suporter Persebaya Surabaya yang merasa terluka oleh performa tim kesayangan mereka.
Beted, seorang pengamat sepak bola dari Bonek Writer Forum, membuka tirai pertama kisah pahit ini. Dengan pena tajamnya, Beted merangkai kata-kata penuh kekecewaan di atas kertas, menciptakan kritik yang menggigit.
"Sangat buruk. Persebaya Surabaya bermain seperti bukan Persebaya Surabaya. Tak ada permainan yang menyenangkan," kata Beted, suaranya bagai guruh yang menggema di kalangan Bonek.
Namun, kekecewaan tak hanya terasa di forum tulisan. Shinta, seorang praktisi psikologi olahraga, ikut menyuarakan keprihatinannya.
BACA JUGA:Wanita Israel Terluka dan Kehilangan Ibunya setelah Ditembaki Pasukan Israel
Dengan pandangan yang lebih mendalam, Shinta berkata, "Sedih. Kecewa pasti. Cuma masih tetap berharap manajemen segera ambil langkah positif untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di tim," kata dia.
Sementara itu, Arya, yang setia bersama Green Nord, memberikan perspektif dari sudut tribun. "Sebenarnya kritik dan protes itu adalah bentuk cinta kami kepada Persebaya Surabaya, seperti pernyataan Eric Cantona, kami tidak akan pernah berganti tim yang kami cintai," ujar Arya, suaranya terbawa angin ke seluruh stadion.
Tiga suara ini membentuk prolog kisah pahit suporter Persebaya Surabaya. Dalam sorotan lampu stadion yang redup, mereka berdiri sebagai saksi bisu dari kejatuhan yang tak terduga.
Jeritan hati Bonek mulai terdengar, membangkitkan pertanyaan besar, Apakah suara mereka cukup untuk membangunkan kembali semangat juang Persebaya Surabaya, ataukah ini adalah awal dari gelapnya malam yang panjang? (jpnn)