Harga Beras Terus Terkerek Naik, Menjadi Paling Tinggi di Wilayah ASEAN

Jumat 27 Sep 2024 - 16:58 WIB
Reporter : Heru Suroso
Editor : Heru Suroso

BACAKORAN.CO - Harga beras di tanah air masih belum stabil dan semakin terkerek naik. Hal tersebut dipicu oleh berbagai faktor.

Pengamat Ekonom Celios Bhima Yudhistira menyebut bahwasanya ada 6 faktor yang menyebabkan harga beras dalam negeri mahal, namun tidak membuat petani lokal sejahtera.

Harga beras bisa naik lantaran hal pertama kata Bhima, kenaikan biaya produksi seperti pupuk dan pestisida membuat petani harus menyesuaikan harga jual gabah dan memangkas marjin keuntungan. 

BACA JUGA:MotoGP Mandalika Latihan Bebas, Pembalap Ducati Lenovo Catat Waktu Tercepat

"Berkurangnya alokasi subsidi pupuk turut memperburuk biaya produksi petani padi," katanya saat dihubungi Disway Jumat 27 September 2024.

Kedua lanjut Bhima, panjangnya rantai pasok logistik dari petani ke konsumen akhir, sehingga biaya distribusi berkontribusi signifikan ke harga beras ritel. 

Ketiga, praktik tengkulak masih marak membeli gabah dengan harga rendah sebelum panen. 

BACA JUGA:Sirekap Kembali Dipakai di Pilkada 2024, Sudah Ada Perbaikan Signifikan

"Petani yang terjebak pada praktik tengkulak tidak bisa berbuat banyak bahkan saat harga gabah naik, karena yang menikmati marjin adalah tengkulak," tutur Bhima.

"Keempat, lahan semakin terbatas untuk bertani padi sehingga mengurangi produksi gabah yang bisa dihasilkan. Idealnya petani akan memperoleh skala ekonomi apabila lahan yang dikelola minimum 2 ha. Saat ini sebagian besar dibawah 0,8 ha," terangnya.

Kelima tutur Bhima, infrastruktur yang masif dibangun justru tidak sejalan dengan kebutuhan pertanian. 

BACA JUGA:Maarten Paes Gabung Barcelona? Simak Info Terbarunya Disini

"Misalnya bendungan yang masif dibangun tapi tidak disertai koneksi ke jaringan irigasi. Bahkan proses pembangunan bendungan menurunkan luasan lahan untuk petani seperti kasus Wadas dimana batu untuk konstruksi bendungan merusak kebun petani," tukas Bhima.

"Keenam, masifnya impor beras dalam beberapa tahun terakhir membuat petani malas menanam padi dan beralih ke tanaman lain yang lebih menghasilkan. Ini disebabkan momentum impor berbarengan dengan musim panen raya," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Beberapa waktu lalu, Country Director for Indonesia and Timor-Leste, World Bank, Carolyn Turk, mengungkapkan bahwa harga beras di Indonesia jauh lebih tinggi 20 persen jika dibandingkan dengan harga beras di negara ASEAN lainnya.

BACA JUGA:Pendaftaran Anggota KPPS Masih Dibuka, Berikut Masa Kerja dan Besaran Gajinya

Hal ini, menurutnya, juga menjadikan harga beras di Indonesia menjadi beras dengan harga paling mahal se ASEAN. 

Selain itu, dirinya juga menambahkan bahwa hal ini juga diikuti oleh pendapatan petani, yang masih di bawah USD1 atau setara Rp15.207 per-hari.

"Konsumen Indonesia kami perkirakan masih membayar hingga 20 persen lebih mahal untuk makanan mereka," jelas Carolyn.

BACA JUGA:Prediksi Madura vs Persib Liga 1 2024: Tuan Rumah Belum Pernah Menang

Demikian informasi terkait harga beras di Indonesia yang terus mengalami kenaikan dan menjadi yang termahal di ASEAN. (*)

 

Kategori :