Konstruktivisme

Selasa 24 Sep 2024 - 18:42 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

Zaman dulu, sebelum kurikulum kurtilas dan kurmer diberlakukan, sebetulnya sudah mulai digagas untuk tidak menyertakan kekerasan dalam pembelajaran.

Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) telah meniscayakan pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru.

Pembelajaran berhasil, bila siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Guru memberikan fasilitas dan memotivasi agar siswa dalam pembelajaran tersebut menjadi aktif.

Ini awal dari pengkondisan bahwa pembelajaran tidak membutuhkan kekerasan. Namun saat itu masih sering terjadikekerasan karena pelaksanaan pembelajaran masih dipengaruhi oleh teori behaviorisme.

BACA JUGA:Ponpes Al-Fathonah Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW Sabtu 28 September 2024

Teori belajar ini memungkinkan guru melakukan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan siswa sehingga mampu melakukan perubahan sikap.

Teori behavioristik dalam pembelajaran mendefinisikan belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman dan latihan melalui  hubungan stimulus dan respons.

Menurut teori ini, belajar merupakan bentuk perubahan kemampuan siswa dalam bertingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara stimulus (aksi) dan respons (reaksi). 

Guru, dalam proses pembelajaran harus mampu memberikan rang sangan kepada siswa sebagai stimulus dan harus mampu mengamati dan mengukur respon siswa apakah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak. 

BACA JUGA:Ajak Hormati Jasa dan Perjuangan Leluhur

Siswa yang memberikan respon atau bertingkah laku dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, akan mendapatkan reward berupa pujian atau yang lainnya untuk menguatkan dan memotivasi atas respon baiknya.

Sedangkan bagi siswa yang memberikan respon tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, diberikan punishment untuk mencegah respon negatif. Punishment inilah yang memberi peluang guru zaman dulu untuk melakukan kekerasan atasnama pembelajaran. 

UBAH PARADIGMA BERPIKIR

Sejak diberlakukannya kurikulum CBSA, Kurtilas dan Kurmer, yang menjadi ruh bukan lagi behaviorisme, tapi konstruktivisme.

BACA JUGA:Jadwal Lengkap Kualifikasi Piala Asia U-20 2025: Timnas Indonesia Siap Bertarung di Kandang Sendiri

Karena paradigm pembelajaran telah berubah, maka idelanya berubah pula paradigm berfikir guru dalam pembelajaran.

Tags :
Kategori :

Terkait