Dapat Nomor 3, Ayu : Ini Simbol Kebersamaan, Keberuntungan dan Kemakmuran

Selasa 24 Sep 2024 - 14:24 WIB
Reporter : Raswidi Hendra Suwarsa
Editor : Raswidi Hendra Suwarsa

CIREBON- Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Cirebon, Hj Wahyu Tjiptaningsih SE MSi, dan Solichin (Wali), resmi memperoleh nomor urut 3 dalam Pilkada Cirebon 2024. 

Bagi Ayu --sapaan akrab Wahyu Tjiptaningsih, angka tersebut bukan sekadar nomor, melainkan simbol kebersamaan, keberuntungan, dan kemakmuran. 

“Nomor tiga ini bagi saya adalah simbol kebersamaan. Membangun pemerintahan tidak bisa dilakukan sendirian"

"Harus ada sinergi antara bupati, wakil bupati, pemerintah daerah, ulama, dan seluruh elemen masyarakat,” ujar Ayu usai pengundian nomor urut di KPU Kabupaten Cirebon pada Senin 23 September 2024.

BACA JUGA:Mees Hilgers dan Eliano Reijnders Gimana Kabarnya? Sumardji: Bisa Lawan Bahrain dan China

Menurutnya, nomor tiga juga berhubungan dengan huruf 'W' yang merupakan huruf pertama dari nama Wali, sebuah simbol spiritual yang sangat dikenal di kalangan masyarakat Cirebon.

“Nomor tiga ini memberi keberuntungan, seperti simbol wali yang menjadi inspirasi dalam memimpin dengan bijak,” terangnya.

Ayu menjelaskan, salah satu fokus utama ketika terpilih nanti adalah memperbaiki infrastruktur jalan yang rusak, yang selama ini menjadi keluhan banyak warga.

BACA JUGA:Steward Ricuh dengan Supporter, Inilah Fungsi, Tugas dan Tangung Jawabnya dalam Pertandingan

Ia menggarisbawahi bahwa kondisi jalan yang buruk berdampak besar terhadap aktivitas ekonomi dan pariwisata di Kabupaten Cirebon. 

“Banyak warga mengeluhkan kondisi jalan rusak. Ini menjadi kebutuhan dasar yang harus segera diperbaiki"

"Jalan yang rusak bukan hanya menghambat mobilitas, tapi juga berpengaruh pada ekonomi dan pariwisata. Cirebon dikenal dengan wisata kuliner, batik, dan religi, tapi wisatawan enggan datang jika infrastruktur tidak memadai,” jelasnya. 

BACA JUGA:Kabar Gembira, BPJS PBI Kini Kembali Menerima Peserta Baru

Ia mencontohkan kondisi di Desa Penambahan, di mana para ibu pengrajin batik kini hanya bekerja sehari dalam seminggu akibat menurunnya jumlah wisatawan.

"Dulu mereka bisa bekerja setiap hari, tapi sekarang berkurang drastis karena akses yang sulit bagi wisatawan,” ungkapnya.

Kategori :