Memang Jadi Kepala Daerah Itu Enak?

Ilustrasi kepala daerah.-istimewa-

BACA JUGA:Open Farm Wisata Petik Melon Sendiri di UPTD Kantor Balai Pelaksana Penyuluhan Pertanian Ciawigebang

Sedikitnya ada 3 (tiga) kondisi yang harus saya gambarkan:

Pertama, Sebelum Menjabat

Pada kondisi ini, siapapun hendak mencalonkan diri menjadi KDH wajib hukumnya untuk berkiprah. Bisa di dunia politik atau organisasi profesi/sosial lainnya. Jika kiprahnya baik dan bermanfaat, maka imbasnya adalah masyarakat mendengar, melihat, atau bahkan meninkmati dampak positifnya. 

Kondisi seperti itu tentu tidak mudah. Pun juga sedikit yang mau dan mampu. Karena butuh pengorbanan yang sangat besar (waktu, tenaga, pikiran, dan tentu yang terpenting adalah duit). Ujung dari kiprah yang baik adalah popularitas dan elektabilitas, yang tentunya juga akan baik (tinggi). 

BACA JUGA:Paslon Beriman Diarak Gunakan Kereta Kencana Daftar ke KPU Kabupaten Cirebon

Akan tetapi sebaliknya, jika ada seseorang yang mencalonkan dengan kondisi datar-datar saja (tidak punya kiprah yang berkesan di mata dan hati masyarakat) maka menjadi wali kota hanyalah sebuah cita-cita belaka.

Satu lagi yang tidak boleh dan tidak mungkin dilupakan. Seseorang yang bermimpi dan hendak mencalonkan diri menjadi KDH, jika dia tidak melalui jalur independen, maka dia harus mendapatkan rekomendasi dari partai pengusung. Dalam tataran ini maka pengorbanan berupa duit menjadi hal yang sangat vital. Tembokpun berkata: hari gini mana ada rekomendasi gratis???

Kedua, Saat Menjabat

Pada kondisi ini ada yang patut dipertanyakan di awal: “apakah yang akan dilakukan oleh seorang KDH sehari setelah dilantik?” Syukuran makan-makan dengan mengundang seluruh tim sukses, seluruh partai pendukung, para kolega, handai taulan, bahkan sang rival? Atau ada hal lain yang dipandang perlu dan lebih urgen?

BACA JUGA:Paslon Beriman Diarak Gunakan Kereta Kencana Daftar ke KPU Kabupaten Cirebon

Sementara itu ada juga hal ghoib yang pasti dipikirkan oleh seorang KDH selama menjabat. Adalah bagaimana caranya agar seluruh biaya yang telah keluar untuk mendukung dirinya, baik secara langsung maupun tidak langsung keluar dari koceknya, mulai dari pencalonan hingga pelantikan, dapat dengan mudah dikembalikan tanpa harus melanggar sumpah yang telah diucapkan pada saat pelantikan. 

Itu semua bukan perkara gampang. Jika dalam perjalanannya ternyata ketemu jalan buntu, sementara dari berbagai penjuru semakin meningkat, maka dipastikan aura kepemimpinannya akan pudar. Setelah pudar lalu gelap. Saat gelap inilah biasanya muncul hantu-hantu pembisik yang sangat memungkinkan mengantarkannya ke suatu keadaan yang serba melawan aturan. 

Jika tidak terkendali dan keblinger, maka akan berujung di hotel prodeo. Itulah risiko menjadi seorang pemimpin. Kalau tidak mencrang ya nyungsep.

Di atas tadi adalah sebuah cerita dari sisi gelap. Dari sisi terang jabatan KDH adalah sebuah prestasi sekaligus prestise. Ketersediaan fasilitas relatif lengkap dan memadai, baik sarana prasarana maupun dukungan anggaran. Ke mana pun hendak pergi selalu dikawal ketat secara protokoler. Setiap perintah selalu disambut dengan kata siap. Setiap hari penuh sapaan dengan kalimat yang terhormat. Sempurnalah hidup ini.

Tag
Share