Semester Pertama Hampir 3 Ribu Ton Tangkapan Ikan

Ilustrasi-ist-

Data dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Cirebon menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan nelayan hingga Juni 2024 mencapai 2.679 ton.

”Produksi ikan di Kota Cirebon pada tahun 2024 ini telah mencapai 2.679,49 ton per Juni,” tutur Kepala DKPPP, Elmi Masruroh, pada Kamis (1/8) lalu.

Sementara itu, Elmi menyebutkan bahwa jumlah nelayan di Kota Cirebon sebanyak 412 orang, dengan 3.300 awak kapal besar yang melakukan kegiatan tangkapan ikan di laut Cirebon, Kalimantan, atau wilayah lainnya.

Elmi menambahkan bahwa hasil tangkapan nelayan pada tahun 2023 mencapai puluhan ribu ton. Ia berharap jumlah produksi ikan hingga akhir tahun 2024 dapat maksimal.

Sebelumnya, pada Kamis (1/8) lalu, sebanyak 70 nelayan dari kelompok nelayan Pesisir, Cangkol, dan Samadikun Kota Cirebon menghadiri Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Gedung Islamic Center Attaqwa. Acara ini diselenggarakan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Tanjung Priok.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Maritim Tanjung Priok, Retno Widyaningsih, menjelaskan bahwa dalam pemaparan tersebut, nelayan diberikan edukasi tentang informasi cuaca maritim untuk mendukung kegiatan sektor perikanan dan kelautan, terutama saat kondisi pancaroba yang sedang terjadi di Indonesia.

Para peserta diajak untuk bersama-sama menggali permasalahan dalam kegiatan perikanan, mulai dari kendala cuaca, pengenalan alat ukur cuaca dan gelombang, hingga pemahaman fenomena iklim ekstrem yang sedang terjadi.

Retno menambahkan bahwa BMKG memiliki beberapa aplikasi Android dan website yang dapat membantu nelayan saat melaut. Salah satunya adalah Indonesian Weather Bulletin for Shipping, yang menyediakan informasi prakiraan gelombang signifikan dalam bahasa Inggris. Informasi ini mencakup data tentang badai, ringkasan keadaan cuaca umum, prakiraan cuaca, dan gelombang laut.

”Terdapat informasi seperti perkiraan gelombang, angin, cuaca, serta titik tangkapan potensial, dan peringatan dini tentang gelombang besar,” jelas Retno.

Maraknya penggunaan gawai oleh nelayan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menggunakan aplikasi prakiraan cuaca maritim, sehingga dapat meminimalkan bahaya saat melaut dan merangsang pengembangan ekonomi maritim yang berkelanjutan bagi nelayan dan pembudidaya. Salah satu kendala yang dihadapi dalam SLCN adalah keterbatasan dana untuk memperluas jangkauan ke berbagai kelompok nelayan di Jawa Barat. (ade)

Tag
Share