Hadapi Ancaman Kekeringan, Pamkab Majalengka Bentuk Posko
Antisipasi kekeringan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka memperkuat mitigasi bencana dan ketahanan pangan.-dokumen -tangkapan layar
Sementara itu, Plt Kepala BPBD Majalengka, Rachmat Kartono, mengungkapkan bahwa Pemkab Majalengka telah menetapkan masa siaga darurat untuk ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan, dan lahan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Majalengka nomor 100.3.3.2/KEP.670-BPB/2024 tentang Status Siaga Darurat Ancaman Bencana Kekeringan, Kebakaran Hutan, dan Lahan Tahun 2024.
BACA JUGA:Program Debas, Dorong Masyarakat Bisa Nikmati Ketersediaan Air Bersih
Menurut SK yang ditandatangani oleh Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, masa siaga darurat ini berlaku dari 1 Juni hingga 31 Oktober 2024.
Status siaga darurat ini dapat diperpanjang atau dipendekkan, bahkan dinaikkan statusnya sesuai kebutuhan penanganan darurat di lapangan.
"Kami juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana selama musim kemarau. Langkah-langkah tersebut terdiri dari tiga fase: fase siaga darurat, fase tanggap darurat, dan fase pemulihan," ungkapnya.
BACA JUGA:Cimplo, Makna Dibalik Pembuatan Kue Tradisional di Bulan Safar
Pada fase siaga darurat, BPBD Majalengka akan memetakan daerah rawan kekeringan, menginformasikan dan mengedukasi masyarakat di wilayah rawan mengenai bahaya kekeringan, serta memetakan sumber daya di Kabupaten Majalengka.
Pada fase tanggap darurat, BPBD akan mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat di wilayah terdampak kekeringan serta memperbaiki sarana prasarana.
Pada fase pemulihan, pihaknya akan memetakan sumber mata air dan muka air tanah, serta membangun sistem penyediaan air minum.
BACA JUGA:5 Aspek Kerawanan Pelanggaran Pilkada Menurut Bawaslu, Apa Saja 5 Aspek Itu?
"Dari pemantauan kami, masa puncak musim kemarau di Kabupaten Majalengka terjadi pada Juli hingga Agustus 2024.
Saat ini merupakan masa puncak musim kemarau, namun kami memprediksi dampaknya tidak separah tahun lalu," kata Prakirawan BMKG Kertajati, M Syifa'ul Fuad, dalam kegiatan Mabar tersebut.
Ia menambahkan bahwa prediksi tersebut dipengaruhi oleh fenomena La Nina, sehingga musim kemarau tahun ini cenderung menjadi kemarau basah dengan curah hujan yang masih turun meskipun intensitasnya rendah.
BACA JUGA:Sudah Final, Rekom Nasdem dan Gerindra untuk Eti-Suhendrik di Pilkada Kota Cirebon
Sebaliknya, musim kemarau tahun lalu dipengaruhi oleh fenomena El Niño, yang menyebabkan dampaknya cukup parah.