Bupati Dorong Milenial untuk Lirik Profesi Petani
Bupati Cirebon, Drs H Imron MAg-istimewa-radar cirebon
SUMBER-Era digital juga merambah ke dunia pertanian. Para petani yang kesehariannya di sawah, juga dituntut untuk memahami era digital. Di Kabupaten Cirebon sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, 15.241 warga Kabupaten Cirebon sebagai petani milenial.
Dengan jumlah belasan ribu itu, menjadikan Kabupaten Cirebon sebagai daerah dengan jumlah petani milenial terbanyak ke-15 di Jawa Barat, di bawah Kabupaten Sumedang.
Menurut Bupati Cirebon, Drs H Imron MAg dengan bertambahnya petani milenial di Kabupaten Cirebon, artinya regenerasi petani telah berjalan. Petani yang bisa menggunakan atau memanfaatkan teknologi itu, telah menciptakan pertanian modern produktif dan berkelanjutan.
“Regenerasi petani di Kabupaten Cirebon perlu terus didorong untuk menjadi produktivitas padi tetap tumbuh setiap tahunnya. Milenial harus melirik profesi petani,” kata Imron.
BACA JUGA:Kurang dari 12 Jam, Polres Indramayu Tangkap Pelaku Pemerkosaan Anak di Bawah Umur
Sementara itu, salah seorang petani Muh Yakub (37), warga Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan dikenal sebagai petani milenial mengatakan, sudah sering mengajak pemuda untuk bertani.
Hal itu dilakukannya, lantaran jumlah petani di Desa Karanganyar berkurang. “Kalau jumlah penduduk meningkat, akan berimplikasi terhadap kebutuhan pangan. Gerakan mengajak pemuda ini sudah dilakukan sejak saya masih menjabat sebagai kepala desa,” ucap Yakub yang merupakan mantan kuwu Desa Karanganyar itu.
Dijelaskannya, di Desa Karanganyar terdapat 175 hektare lahan pertanian padi, dengan dikelola oleh enam kelompok tani dan satu di antaranya merupakan kelompok petani muda yang tergabung dalam Kelompok Tani Jaya.
Kelompok Tani Jaya ini sengaja disiapkan oleh Yakub untuk melebur dengan para petani senior Karanganyar.
BACA JUGA:Bilik dan Kotak Suara Lengkap, KPU Indramayu Tinggal Menunggu Surat Suara
Dijelaskannya, tugas petani muda ini di antaranya, membantu petani melawan mata rantai niaga yang merugikan, meningkatkan cara budi daya tanaman padi, hingga membantu petani bisa mengakses permodalan.
“Mereka ini adalah orang yang tidak punya lahan tapi memiliki minat jadi petani dan paham teknologi. Jadi, kami bentuk kelompok untuk mereka bisa masuk ke kelompok lainnya,” kata Yakub.
Diketahui, petani milenial merupakan petani yang adaptif terhadap teknologi digital mulai dari penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) modern, teknologi informasi, informasi bantuan, hingga kecerdasan buatan. (cep)