Syekh Nurjati: Penyebar Agama Islam Pertama di Cirebon
Gerbang menuju makam Syekh Dzatul Kahfi atau Syekh Nurjati di Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Syekh Nurjati merupakan penyebar agama Islam pertama di wilayah Cirebon.-khoirul anwarudin-radar cirebon
CIREBON- Dibandingkan dengan nama besar Sunan Gunung Jati, mungkin sosok Syekh Nurjati tidak terlalu banyak dikenal, termasuk oleh masyarakat Cirebon sendiri. Bahkan dalam buku-buku sejarah, profilnya masih sangat sedikit sekali disinggung.
Seperti banyak diketahui, Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah sukses menjadikan Cirebon sebagai pusat kegiatan dakwah Islam. Bahkan, Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai orang yang memerdekakan wilayah Cirebon dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang kemudian mendirikan Kasultanan Cirebon.
Berkat jasa Sunan Gunung Jati itu pula, Islam mampu tampil sebagai sebuah kekuataan politik besar di wilayah Jawa Barat pada masa itu. Namun, di balik kiprah gemilang dari Sunan Gunung Jati, ada peran besar dari seorang ulama yang senantiasa membimbingnya. Dialah Syekh Nurjati.
Sejarawan Cirebon, Farihin, mengungkapkan bahwa Syekh Nurjati punya peran besar dalam berdirinya Cirebon. ia juga menjadi tonggak bagi dakwah Islam di kawasan yang disebut Jati, yang merupakan cikal bakal Ciayumajakuning saat ini.
BACA JUGA:Pilkada Cirebon, Partai Gelora Dukung Cakada yang Visioner
Syekh Nurjati dikenal sebagai tokoh perintis dakwah Islam di wilayah Cirebon. Beliau menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di Giri Amparan Jati, yang lebih terkenal dengan nama Gunung Jati, sebuah bukit kecil dari dua bukit, yang berada di Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon.
Sebelumnya, Syekh Nurjati dikenal dengan nama Syekh Datul Kahfi atau Maulana Idhofi Mahdi. Secara kronologi singkat, Syekh Nurjati lahir di Semenanjung Malaka. Setelah berusia dewasa, pergi ke Makkah untuk menuntut ilmu dan berhaji.
Konon, Syekh Nurjati pergi ke Baghdad dan menemukan jodohnya dengan Syarifah Halimah serta mempunyai putra- putri. Dari Baghdad, beliau pergi berdakwah sampai di Pesambangan, bagian dari Nagari Singapura (sekarang Desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon). Di Amparan Jati pula, ia mengajarkan tentang Islam untuk murid-muridnya, termasuk kepada ibunda Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Rarasantang, dan pamannya, Raden Walangsungsang.
Seperti diketahui, Nyi Mas Rarasantang dan Raden Walangsungsang adalah putra Prabu Siliwangi dengan Subang Larang. Kedua kakak beradik itu rela meninggalkan gemerlap kehidupan istana demi mempelajari agama Islam.
BACA JUGA:Tersangka Kasus Korupsi di Majalengka Ketahuan Bawa Senpi ke Rutan
Dalam Naskah Babad Cirebon yang ditulis Mahmud Rais, disebutkan bahwa Syekh Nurjati pernah berpesan kepada para murid-muridnya yang ketika itu sering berkumpul dan bermusyawarah, supaya kelak dapat membangun masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai agama Islam. Murid-murid dalam anggota sidang mufakat atas rencana baik tersebut.
Syarif Hidayatullah berpendapat bahwa untuk membentuk masyarakat Islam sebaiknya diadakan usaha memperbanyak tabligh di pelosok dengan cara yang baik dan teratur. Pendapat ini mendapat dukungan penuh dari sidang dan disepakati segera dilaksanakan.
Sidang inilah yang menjadi dasar dibentuknya organisasi dakwah dewan Walisongo. “Bisa dikatakan, bahwa Syekh Nurjati ini merupakan tokoh yang meletakkan tonggak dakwah Islam di Cirebon pada tahapan masyarakat. Belum pada tahapan sistem bernegara sebagaimana yang dilakukan Sunan Gunung Jati,” kata Farihin.
Kaitannya dengan Cirebon saat ini, Syekh Nurjati merupakan sosok yang memerintahkan Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana untuk melakukan babad alas di kawasan hutan daerah Kebon Pesisir.