Jumat, 08 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Kesantunan Dalam Berdemokrasi
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Kamis , 11 Jul 2024 - 17:49
ilustrasi--
kesantunan dalam berdemokrasi oleh: mukhammad alwani* dalam kancah politik, tindakan saling menjatuhkan atau jegal-menjegal sering kali menjadi fenomena yang tak terelakkan. jegal-menjegal merujuk pada upaya-upaya untuk merugikan, menghalangi, atau menjatuhkan lawan politik dalam rangka mendapatkan keuntungan tertentu. fenomena ini memperlihatkan sisi gelap dari permainan politik, di mana ambisi pribadi dan kepentingan kelompok sering kali lebih dominan dibandingkan dengan nilai-nilai etika dan moral yang idealnya dipegang dalam praktik politik. baca juga:sudah laporkan aep dan dede, dedi mulyadi: kita semua juga terkecoh dengan linda niccolò machiavelli, seorang filsuf politik dari italia pada abad ke-16, dikenal dengan pandangannya yang realis dan pragmatis mengenai kekuasaan dan politik. dalam karyanya yang paling terkenal, “the prince” machiavelli memberikan panduan tentang bagaimana seorang penguasa bisa mencapai dan mempertahankan kekuasaan dengan menggunakan berbagai cara, termasuk yang tidak bermoral. ia menekankan bahwa dalam politik, tujuan sering kali membenarkan cara-cara yang diambil, dan penguasa harus siap untuk menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaannya. machiavelli melihat politik sebagai medan perang yang penuh dengan intrik dan persaingan sengit. dalam konteks jegal-menjegal, perebutan rekomendasi partai politik menjadi ilustrasi nyata dari bagaimana ambisi kekuasaan dan strategi licik digunakan untuk mengatasi saingan. baca juga:keluarga vina ungkap sosok baru, namanya mega fenomena ini tidak hanya terjadi di tingkat elit politik, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan politik lainnya, seperti pemilihan umum, penunjukan jabatan, dan pembentukan koalisi. melalui lensa teori machiavelli, kita dapat memahami lebih baik dinamika di balik tindakan jegal-menjegal dan bagaimana strategi-strategi tertentu diterapkan untuk mencapai tujuan politik. machiavelli dalam karyanya menekankan lima poin penting. pertama, ambisi dan kekuasaan merupakan pendorong utama tindakan politik. di dunia politik, aktor berjuang untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, sering mengabaikan etika demi tujuan mereka. tindakan 'jegal-menjegal' mencerminkan ambisi ini, di mana politikus menggunakan berbagai cara untuk menjatuhkan lawan demi memperkuat posisi mereka. baca juga:sidang pk saka tatal digelar di cirebon, ini jadwalnya kedua, kecerdasan dan kelicikan adalah elemen kunci untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan. machiavelli berpendapat bahwa penguasa harus menggunakan kecerdasan dan kelicikan. dalam 'jegal-menjegal', strategi seperti fitnah dan manipulasi informasi sering digunakan untuk merugikan lawan. ketiga, manipulasi informasi adalah strategi utama. mengendalikan narasi dan persepsi publik sangat penting untuk memenangkan dukungan. dalam politik modern, ini bisa dilakukan melalui penyebaran berita palsu dan kampanye disinformasi. keempat, aliansi strategis sering digunakan untuk memperkuat posisi dan mengatasi saingan. machiavelli menekankan pentingnya memilih aliansi dengan hati-hati dan menggunakannya untuk keuntungan taktis. baca juga:keppres keluar, hasyim asy’ari resmi diberhentikan dengan tidak hormat dalam 'jegal-menjegal', politikus sering membentuk aliansi untuk mengisolasi lawan dan meningkatkan daya tawar mereka. kelima, pengaruh dan kendali atas situasi politik sangat penting. untuk memenangkan perebutan kekuasaan, politikus harus mampu mengendalikan dinamika politik dan memanfaatkan situasi untuk keuntungan mereka. machiavelli menekankan bahwa penguasa harus siap menghadapi perubahan dan memanipulasi keadaan untuk tetap berkuasa. meskipun pandangan machiavelli memberikan wawasan realistis tentang dinamika kekuasaan, penting untuk diingat bahwa politik yang sehat harus didasari oleh integritas, kejujuran, dan kepentingan publik. baca juga:kpk serahkan kembali 4 unit mobil milik sunjaya dalam praktik politik yang etis, ambisi dan kekuasaan seharusnya sejalan dengan nilai-nilai moral dan tujuan yang lebih besar demi kesejahteraan masyarakat. siapa menjegal siapa? dalam proses ini, persaingan antar kontestan politik sering kali tidak terelakkan. strategi yang sering digunakan adalah praktik “jegal menjegal” dalam perebutan untuk mendapatkan rekomendasi partai. tulisan sederhana ini sebatas highlight sepintas, perihal bagaimana kontestan politik mengaplikasikan strategi ini, menggunakan teori machiavelli sebagai dasar, serta memberikan analisis terkait situasi pilkada saat ini. baca juga:grand syekh al al azhar apresiasi indonesia bela palestina beberapa kasus mencuat di mana kandidat melakukan langkah-langkah signifikan untuk menjegal lawan, seperti mengangkat isu-isu kontroversial atau memanfaatkan kelemahan lawan untuk keuntungan mereka. praktik “jegal menjegal” dalam politik bukanlah fenomena baru dan terus berlangsung hingga kini. dengan menggunakan prinsip-prinsip machiavellian, kontestan politik berusaha memaksimalkan peluang mereka untuk mendapatkan rekomendasi partai dan memenangkan pemilu. banyak pertanyaan yang muncul dalam benak kita sebagai bagian dari calon oemilih para kandidat perihal bagaimana situasi pilkada saat ini? ataukah tentang bpakah praktik "jegal menjegal" ini semakin intensif? dan bahkan kita akan sampai pada pertanyaan perihal bagaimana pengaruhnya terhadap proses demokrasi dan kepercayaan publik? baca juga:dishub minta pusat perbelanjaan terus lakukan sosialisasi soal pembayaran parkir cashless berbagai pertanyaan ini akan sering dan intens kita dapati dalam diskusi-diskusi warkop beberapa bulan ini, mungkin hinga november ini. namun apapun itu, kita berharap, politik santun tetap bisa terbangun. prinsipnya, jangan ada jegal diantara kita. demokrasi ini harus tumbuh dalam iklim yang ramah dan santun, sebab kita dibesarkan dalam adat budaya sipakatau, sipakaianga, sipakalabbirik. di mana prinsip-prinsip ini harus menjadi dasar dari bagian aktivitas politik setiap calon dan timnya, dimana kedepan, kita tentu berharap bisa mewariskan warisan terbaik dalam berdemokrasi, yakni kesantunan dalam berpolitik. (*) *penulis adalah mahasiswa pascasarjana iain syekh nurjati cirebon
1
2
3
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 12 Juli 2024
Berita Terkini
Kolaborasi Pengentasan Permukiman Kumuh
Metropolis
12 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
13 jam
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
13 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
13 jam
Mengenal Soerjadi Soerjadarma, Keturunan Kanoman Cirebon yang Jadi Perintis AURI
Headline
13 jam
Berita Terpopuler
Kejanggalan Gedung Setda Kota Cirebon Sempat Diincar KPK
Headline
13 jam
Ingatkan Tak Ubah Subtansi Perda RTRW
Headline
15 jam
Evaluasi Debat Pilkada Kota Cirebon: Tak Boleh Bawa Contekan, Lokasinya di Kabupaten Cirebon
Headline
13 jam
Guru Banyak yang Stres?
Wacana
17 jam
Walikota dan DPRD Bisa Tidak Gajian
Metropolis
13 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan