Tiga Poros Utama Tawarkan “Jodoh Politik”
Adi Junadi-istimewa-radar majalengka
MAJALENGKA - Pilkada 2024 di Kabupaten Majalengka menghadirkan dinamika baru dalam peta politik lokal dengan kombinasi pasangan calon yang mencerminkan koalisi partai dari pilpres tingkat nasional.
Menurut Adi Junadi, seorang Pemerhati Komunikasi Politik dari Kota Angin, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Majalengka diperkirakan akan menghadirkan tiga poros utama yang menawarkan "jodoh politik" kepada para pemilih.
Poros pertama mengusung pasangan Karna-Imas, Karna-Aceng, atau Karna-Lilis, dengan dukungan dari koalisi PDIP yang memiliki 15 kursi dan PPP yang memiliki 4 kursi di DPRD Majalengka.
Gabungan ini menjanjikan kebijakan yang menyatukan nilai-nilai nasionalis dengan nuansa keagamaan yang kuat di Majalengka.
BACA JUGA:Dua Atlet Renang Ikut Berlaga di O2SN Jabar
"Pasangan ini kemungkinan besar akan mengusung kebijakan yang menggabungkan nilai-nilai nasionalis dengan nuansa keagamaan yang kuat di Majalengka," ujar Adi pada Kamis, 4 Juli 2024.
Poros kedua memperkenalkan Eman-Sherly, Eman-Didin, atau Eman-Dena, dengan dukungan dari koalisi besar yang terdiri dari Golkar (7 kursi), Gerindra (5 kursi), PAN (5 kursi), dan Demokrat (1 kursi).
Koalisi ini menawarkan pengalaman pemerintahan dari Golkar, semangat perubahan dari Gerindra, basis pemilih moderat PAN, dan warisan reformasi Demokrat.
"Keragaman ini diharapkan menjadi kekuatan dalam menghadapi kompleksitas pembangunan di Kabupaten Majalengka," ungkap Adi.
BACA JUGA:SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon Hibahkan Lima Topeng dan Kostum Tari Topeng
Poros ketiga mengusung Koko-Yayat atau Koko-Aldi, didukung oleh PKS dengan 7 kursi dan PKB dengan 6 kursi.
Kombinasi ini menawarkan alternatif menarik dengan menggabungkan basis pemilih konservatif PKS dan jaringan grassroots PKB yang kuat di kalangan Nahdliyin Majalengka.
"Lanskap politik ini menciptakan dilema sekaligus peluang bagi pemilih Majalengka. Mereka dihadapkan pada pilihan yang mencerminkan preferensi politik nasional," lanjut Adi.
Namun, konteks lokal Majalengka tetap harus menjadi pertimbangan utama. Pemilih Majalengka perlu melihat lebih dari sekedar logo partai.