Cameragenic vs Auragenic

ilustrasi--

BACA JUGA:Eti Masih Mendominasi Pemilu Awal, Kembali Unggul di Edisi 10

Barang arkaik sudah ditinggalkan. Bahkan, hebatnya, ada tempat-tempat atau momen yang belum dikunjungi pejabat definitif sekalipun.

Ada juga ungkapan sebaliknya, terkesan mahiwal. Seolah menegasikan. Jangan tengok kiri, membuat penasaran orang. Akhirnya menengok juga kendati sedang mengemudi. 

Saya menemukan juga dalam sebuah perjalanan ke Tasikmalaya, beberapa waktu lalu, ada baligo raksara tertulis: Ngaran kuring... (menyebut nama diri sesuai foto), lain jurig. Sungguh sarkastis. 

Ya, kesannya, bikin lucu-lucuan saja. Atau tertulis dengan huruf raksasa, Bukan Calon Bupati... atau Baru Mimpi Jadi Walikota.

BACA JUGA:Pertimbangan Matang, Gerindra Pasangkan Suhendrik dengan Eti untuk Pilkada Kota Cirebon

Pikir saya ngapain repot-repot mengeluarkan duit gede atau mungkin sekadar cek ombak. Kualitas foto sangat menentukan. Bukan menjadi muda atau lebih dewasa.

Namun, saat dipandang, enakeun. Pengarah gaya, perangkat yang digunakan, termasuk latar harus mendukung. Bisa saja diedit tapi tidak terjebat pada artifisial. Mungkin bisa disebut eye catching. 

Sebab foto bisa bercerita. Seorang kandidat sedang memeluk petani. Atau berbaur dengan keriuhan pasar. Atau sedang menunggang kuda dengan uniform-nya.

Menurut Lair, Sullivan & Cheney, personal branding itu perlu. Ini merupakan suatu proses pembentukan persepsi masyarakat terhadap diri seseorang yang dipandang sebagai merek atau brand oleh target market.

BACA JUGA:Pilkada Kota Cirebon 2024: Suhendrik Dipasangkan dengan Eti Herawati  

Dengan kata lain, proses membentuk persepsi masyarakat akan diri seseorang yang meliputi kepribadiannya, kemampuan, dan aspek lainnya yang menciptakan persepsi positif di benak masyarakat serta dapat digunakan sebagai alat pemasaran. 

Dalam dunia kerja, personal branding perlu dimiliki oleh individu untuk dapat bersaing, menggapai pekerjaan yang diimpikan, serta upaya pengembangan profesi kerja. 

Dengan personal branding yang kuat dapat mendorong individu dalam mengembangkan kemampuannya dan meningkatkan self-awareness, self-esteem, self-wroth, dan nilai positif lainnya. Sehingga dapat menjadi nilai pembeda atau keunikan seorang individu dari orang lain.

Memang kepercayaan diri bukan hanya berlaku (dan diperlukan) di dunia kerja. Dalam kontestasi politik, yang lebih “keras”, kepercayaan diri yang kuat akan melahirkan self-esteem dan self-value kuat sehingga berdampak positif pada integritas dan loyalitas. Namun, perlu diingat, kepercayaan diri yang terlalu tinggi pun juga tidak baik.

Tag
Share