Pilkada dan Korupsi
ilustrasi--
Oleh: Yoyon Suryono*
PILKADA serentak mulai hangat, tapi belum memanas. Beberapa peminat peserta sudah lama memasang foto diri di banyak lokasi strtegis, lengkap dengan frasa moto janji bila terpilih.
Lazim saja untuk mendulang suara. Berbeda bila sudah terpilih, lain perkara.
Masing-masing bakal calon didukung partai, tim sukses, dan relawan, tentu saja. Perlu biaya operasional tidak masalah. Sudah ancang-ancang.
BACA JUGA:H Yainuri Siap Jadikan Cirebon Kota Bermartabat dan Berwibawa
Tersedia lebih dari cukup. Banyak yang dengan senang hati menyeponsori. Menyedia biaya berapapun yang diperlukan, asal transaksional. Mutualistik. Saling menguntungkan.
KARAKTERISTIK CALON
Penting mengenal secara mendalam karakteristik para calon. Tidak sekadar fisik dan penampilan belaka. Tapi niat dan keihklasan untuk memajukan daerah dan menyejahtera masyarakat: menelaah rekam jejak prestasinya bukan janji-janjinya.
Lihat kemajuan daerahnya, pendidikan warganya, ekonominya, kesehatannya, dan adakah peran yang dilakukan oleh para calon terhadap pemenuhan kebutuhan dasar seperti itu? Untuk yang petahana maupun pendatang baru. Sekali lagi prestasi bukan janji!
BACA JUGA:Pembentukan Kabupaten Cirebon Timur, FCTM Berharap Presiden Terpilih Cabut Moratorium Pemekaran
Pendatang baru alhamdulillah bermunculan. Yang setengah tua dan yang muda. Semangat baru. Luar biasa ketertarikannya. Hanya perlu diingat tertarik oleh jabatan dan fasilitasnya atau memang berkhidmat untuk masyarakat?
Hal ini penting karena maju pilkada itu berbiaya besar, perlu uang banyak. Pola kita tidak lepas dari politik uang. Pepatah Jawa mengatakan “jer basuki mawa beya”. Cita-cita apapun perlu biaya. Lebih-lebih pilkada.
POLITIK LOKAL
Pengalaman manis dan pahit kita rasakan di arena politik nasional. Penyanderaan ketua-ketua partai yang diduga korupsi “dipaksa” untuk mendukung salah satu pasangan calon, fenomena cawe-cawe, dan politisasi bantuan-bantuan akankah berpengaruh pada politik lokal pada hajatan pilkada? Sangat mungkin dijiplak polanya atau sama sekali diabaikan.