Kembalikan Kejayaan Batik Tulis Complongan
BATIK: Indra Susilo menunjukkan salah satu motif dari batik tulis complongan Indramayu di galeri batik miliknya di Jalan Raya Terusan Desa Terusan Kecamatan Sindang.-anang syahroni-radar cirebon
INDRAMAYU-Sebagai daerah di wilayah Pesisir Utara Pulau Jawa, kabupaten yang berjuluk Kota Mangga ini menjadi lumbung padi nasional. Kemudian, dengan garis pantai sepanjang 147 kilometer (km) menjadi salah satu daerah pemasok ikan terbanyak di Jawa Barat.
Di balik itu semua, ternyata Kabupaten Indramayu juga terkenal dengan kain batiknya, yakni batik tulis complongan.
Hingga saat ini, kain batik complongan masih dilestarikan oleh perajin batik di Kabupaten Indramayu, salah satunya oleh Indra Susilo asal Desa Terusan Kecamatan Sindang.
Rasa kecintaan yang begitu besar terhadap batik tulis complongan Indramayu, sangat beralasan. Pasalnya, dia terlahir dari keluarga pembatik sehingga sejak kecil sudah dikenalkan cara dan teknik membatik oleh orang tuanya. Ditambah, dorongan hati yang begitu besar untuk mempertahankan batik tulis khas Indramayu agar semakin dikenal lebih luas.
BACA JUGA:Reformasi Birokrasi Berbasis Digital
“Sejak lulus kuliah sekitar tahun 2007, saya putuskan ingin kembalikan kejayaan batik tulis complongan Indramayu, karena batik khas Indramayu ini adalah warisan budaya yang harus tetap terjaga, saya sebagai ahli waris punya kewajiban dan tanggung jawab untuk melestarikannya,” ujar Indra Susilo, Sabtu (25/5).
Dijelaskannya, batik khas Indramayu memiliki proses yang berbeda dari batik lainnya, yaitu dengan teknik complongan yang berarti melubangi. “Artinya, sebelum dibatik, kain terlebih dulu dilubangi menggunakan jarum secara manual sehingga membentuk pola dop atau titik-titik. Teknik inilah memberikan motif yang unik saat membatik,” ungkapnya.
Keunikan lainnya, sambung Indra, batik khas Indramayu tersebut menggunakan pewarna alami dari dedaunan dan bahan-bahan alami lainnya.
Diungkapkannya, selama 17 tahun berjalan, banyak tantangan dalam melestarikan batik tulis complongan Indramayu, seperti semakin berkurangnya perajin batik di wilayah yang menjadi sentra-sentra perajin batik.
BACA JUGA:Pak Iing yang Tak Pernah Mau Terlihat Sakit
Hal itu dikarenakan tidak ada lagi penerus dari para perajin yang mengikuti jejak orang tuanya sebagai perajin batik.
Indra menyampaikan, batik tulis complongan Indramayu pernah mengalami masa kejayaan sebelum terjadi krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997 yang berimbas pada perekonomian, termasuk kelangkaan bahan baku dan tingginya harga bahan baku untuk membatik.
Hal itu dirasakan oleh para perajin batik di Desa Terusan, Sindang, Penganjang, Babadan, dan Desa Paoman, yang dulunya merupakan daerah sentra batik di Kabupaten Indramayu.
Sejak itulah, perajin batik tulis complongan Indramayu terus mengalami penurunan. “Sampai saat ini hanya tersisa sekitar 100 perajin batik saja yang tersebar di desa yang menjadi sentra perajin batik, itupun pada rentan usia 45 tahun keatas,” tuturnya.