Wilujeng Sumping Kang Wahyu

Drs Wahyu Mijaya SH MSi, Penjabat Bupati Cirebon--

Oleh: Sukanda Subrata*

WILUJENG Sumping Kang Wahyu (Selamat Datang Kang Wahyu). Kalimat itulah yang pertama pantas kita seabagai masyarakat sampaikan kepada Drs Wahyu Mijaya SH MSi yang dilantik menjadi Penjabat Bupati Cirebon pada 17 Mei 2024, seiring berakhirnya masa bakti Drs H Imron MAg dan Hj Wahyu Tjiptaningsih sebagai bupati dan wakil bupati.

Kang Wahyu (Wahyu Mijaya) saat ini masih menjadi Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Ia pun kini mendapat PR (pekerjaan rumah) besar untuk menambal sulam kekurangan kekurangan yang ada di Cirebon.

Dengan sisa waktu yang satu semester saja, beliau  harus bisa menjawabnya dengan tindakan. Bukan dengan retorika dan literasi basi. 

BACA JUGA:Jelang Tutup Pendaftaran Cakada, 4 Orang Ambil Formulir di Partai Gerindra

Sebagai seorang nomor satu di Dinas Pendidikan Jawa Barat, setidaknya mampu memberesi PPDB yang sudah di depan mata. Kita harus jujur bahwa PPDB di Cirebon sebelumnya masih direcoki oleh banyak pihak. Sehingga panitia PPDB sering dibuat bingung dalam dalam bekerja.

Padahal jelas juknis-juklaknya. Namun justru pihak yang tidak paham alur PPDB merasa lebih paham, seolah menjadi pahlawan kesiangan yang ujung- ujungnya duit juga. 

PR selanjutnya buat Kang Wahyu, yakni kerusakan jalan yang mengepung Kabupaten Cirebon, baik dari ujung timur, tengah, dan barat.

PR terakhir adalah para perangkat desa (oknum) yang ada di Kabupaten Cirebon. Mereka kerjanya malas. Main gadged saja, bicaranya tak patut ditiru oleh warganya.

BACA JUGA:136 Kuwu di Indramayu Resmi Jabatannya Diperpanjang

Untuk masalah mengatasi birokrasi ini kita percaya meskipun beliau yang disipilin ilmunya dari Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri.

Di luar PR-PR tersebut, Kang Wahyu harus mengetahui karakter masyarakat Cirebon yang sesungguhnya. Masyarakat Cirebon yang agamis ini sifatnya bisa keras, sekeras baja, namun bisa juga lembut, selembut salju. Tergantung kondisinya.

Sempat ada ungkapan wong Cirebon bisa selon lamun durung kelakon (orang Cirebon bisa gila kalau belum tercapai keinginannnya). Oleh karenanya Cirebon harus muncul ke permukaan Jawa Barat, bahkan Indonesia pada umumnya.

Munculah slogan Cirebon Katon, hal semacam ini harus menjadi sisipan beliau dalam berbagai program atau kegiatan. Belum lagi seni dan tradisi Cirebon yang tersebar luas di 424 desa. Tradisi nadran, sedekah bumi, babarit, ngeruat, panjang jimat, grebeg syawal, menanti perhatian.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan