Baru Mudik setelah 14 Tahun Merantau
Keluarga Imron (54) dan Eli (40) mudik ke Desa Waringin Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka.-almuaras-radar majalengka
MAJALENGKA - Momentum Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hiriyah/2024 Masehi menjadi sejarah bagi Keluarga Imron (54) dan Eli (40) warga Desa Waringin Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka.
Setelah merantau selama 14 tahun ke Aceh dan tidak pernah pulang, pada momentum Idul Fitri tahun ini akhirnya bisa mudik ke Kabupaten Majalengka.
Imron menceritakan perjalanan pulang bersama enam anggota keluarganya dengan membawa mobil pribadi dari Banda Aceh menggunakan jasa kapal laut mencapai 13 hari lamanya.
Ia menuturkan untuk bisa pulang kampung ke kelahiran istrinya di Blok Abug Lingkungan Linggawangi RW 02 Desa Waringin Kecamatan Palasah harus menunggu hingga 13 tahun.
BACA JUGA:Pasca Lebaran Harga Cabai Merah dan Daging Ayam Turun
Karena biaya untuk transportasi dan akomodasi yang cukup besar. Dana sebesar Rp30 juta yang telah dikumpulkan untuk bisa bertemu dengan orang tua dan keluarga bersama sanak saudara di Majalengka bisa ludes tak tersisa.
Menurut pria asal Semper Tanjung Priok Jakarta, bersama istri dan keluarganya tinggal di Banda Aceh, tepatnya di Abu/Ummu Kholil.
Ia bersyukur pada 2 tahun terakhir usaha mi ayam jamur Bandung yang digelutinya cukup sukses.
Ia kini memiliki 14 pegawai dengan omzet per hari mencapai Rp8 juta.
Diungkapkan Imron, pada awalnya bekerja serabutan mulai dari kuli bangunan, pelayan kafe hingga berjualan kacamata.
Dia bersyukur pengalaman kerja di Pondok Indah Mall Jakarta diterapkan dengan berjualan mi ayam jamur khas Bandung.
BACA JUGA:Karna Sampaikan Pesan Politik
Awalnya ia berjualan keliling selama 4 bulan karena belum memiliki kedai mangkal.
Kemudian, ia mencoba buka stand di depan kantor Dinas Kesehatan Banda Aceh yang lokasinya sudah dipenuhi penjual es kelapa muda.
Ia bersyukur suatu hari ada pembeli seorang anak muda dan izin memvidiokan stand mi ayam jamurnya.
Tak disangka, seminggu kemudian vidio tersebut viral di tiktok hingga menjadi terkenal luas.
Ia kewalahan sendirian melayani konsumen sehingga mencari pegawai untuk membantunya.
“Dari semula menghabiskan 1 kg hingga 25 kg mi perhari. Alhamdulilah kini telah memiliki 2 tempat berjualan di depan rumah dan di depan kantor Dinkes dengan total pegawai mencapai 14 orang,” cerita Imron.