Jihad Antikorupsi

Ilustrasi--

Oleh: Ami Supriyanti

SALAH satu ibadah yang memberikan bekas mendalam pada jiwa seorang Muslim adalah puasa bulan Ramadan.

Pengalaman selama sebulan dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti berbuka, tarawih, dan makan sahur senantiasa menjadi bagian─ yang disebut Nurcholis Madjid pembentuk jiwa keagamaan dan sarana pendidikan seumur hidup.

Imam Ghazali membagi ibadah puasa menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah puasanya orang awam, yakni sekadar menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan seksual sejak terbitnya matahari hingga terbenam.

BACA JUGA:Kesalehan Literasi Digital

Besar kemungkinan golongan ini melaksanakan ibadah puasa hanya karena memang seharusnya begitu, menghindari celaan dan cercaan, dan mungkin juga tanpa diiringi keimanan dan rasa hormat pada keagungan-Nya.

Mereka beribadah puasa hanya sebatas tujuan material. Kedua adalah puasanya orang-orang khusus atau puasanya para ulama. 

Bagi orang-orang seperti ini, puasa tak hanya memantangnya dari berbagai keperluan ragawi, melainkan melatih untuk mengikis berbagai perilaku sikap dan perilaku buruk, seperti egois, sombong, dengki, bersangka dan bicara buruk tentang orang lain, dan sebagainya.

Ketiga adalah puasanya orang-orang yang sudah mencapai puncak tertinggi spiritualitas (khawash al-khawash). Berpuasa bagi mereka adalah menahan jiwa mereka untuk tidak mengingat yang lain selain Allah.

BACA JUGA:FEB UMC Gelar Buka Puasa Bersama, Dekan: Hadirkan Cinta Untuk Kemajuan Institusi

Detak jantungnya beriringan dengan kalimat-kalimat tauhid. Menurut Haidar Bagir, mencapai tingkat puncak puasa ini sama dengan mencapai takwa, yang notabene merupakan tujuan akhir ibadah puasa.

Karena pada hakikatnya takwa adalah kesadaran untuk mengorientasikan semua gerak-gerik raga dan jiwa kepada Allah kapan pun dan di mana pun sehingga, sebagai konsekuensinya, kita akan tercegah dari melakukan hal-hal yang buruk. 

Menurut Nurcholis Madjid bahwa pangkal atau sumber takwa adalah keimanan yang mendalam kepada Allah dan kesadaran akan kehadiran-Nya dalam segala kegiatan manusia.

Inilah yang menjadi tujuan pokok ibadah puasa, yang kemudian melimpah pada nilai-nilai hidup lain yang amat tinggi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan