Kurikulum Ibadah Ramadan
Ilustrasi--
Ketersediaan kurikulum tanpa melalui proses belajar yang serius, tekun, dan istiqamah juga tidak akan melahirkan lulusan Ramadan sesuai target, karena itu proses merupakan inti dari dunia belajar-mengajar.
BACA JUGA:Jelang Mudik Lebaran, Jalur Pantura Masih Minim PJU
Kita semua adalah pelajar yang ingin sukses meraih gelar takwa, kurikulum telah tersedia, para guru dari kalangan muballig, siang malam tanpa henti mengeluarkan ilmu yang mereka miliki dengan berbagai sarana dan metode.
Ibadah puasa merupakan salah satu inti segala usaha untuk menjadi insan takwa, sebab jangankan perbuatan haram, perbuatan halal bahkan menjadi ibadah di luar Ramadhan saja. Namun jika dilaksanakan pada siang hari Ramadan dapat menjadi dosa besar.
Salah satunya adalah melakukan hubungan suami istri ‘jimak’ pada siang hari, selain terlarang, pelakunya bahkan diberi sanksi berupa harus berpuasa dua bulan berturut-turut jika melakukan perbuatan haram itu walau hanya sekali dalam sehari.
Jika melakukan dalam dua hari, akan ditambah dendanya menjadi empat bulan, dan seterusnya. Berarti penekanannya terletak pada pengendalian diri, kemampuan mengendalikan nafsu untuk tidak melakukan segala bentuk larangan ketika puasa, pada saat yang sama harus memanfaatkan waktu untuk melaksanakan amaliyah Ramadan, atau ibadah-ibadah yang telah ditetapkan.
BACA JUGA:Ruang Rawat Inap Penuh, Wabah DBD Naik, DPRD Minta Segera Dilakukan Fogging
Hebatnya, ibadah yang dilakukan akan melahirkan pahala yang jumlahnya tak terhingga jika dibandingkan dengan ibadah yang sama dilakukan pada bulan lain.
Kata Nabi, siapa saja yang melakukan ibadah sunnah pada bulan Ramadan, seakan-akan ia telah melakukan ibadah fardhu di luar Ramadan. Siapa yang menegakkan ibadah fardhu di dalamnya, maka ia seakan-akan menegakkan 70 kali ibadah fardhu di luar Ramadan.
Maka, jika seorang muslim melaksanakan ibadah shalat Subuh sekali, nilainya sama dengan 70 kali ibadah Subuh di luar Ramadan, dan siapa yang menunaikan ibadah zakat harta mislanya sebanyak 2 juta rupiah. Maka sama nilainya pahalanya jika menunaikan zakat sebanyak 140 juta rupiah di luar Ramadan.
Di sinilah titik utamanya, ibadah berlipat dengan kelipatan tak terhingga, angka-angka yang tersebut hanya merupakan nominal terendah, dan nilainya berlipat sesuai kadar keikhlasan.
BACA JUGA:7 Warga Binaan Lapas Kelas 1 Cirebon Bisa Lebaran di Rumah
Makin ikhlas, maka nilainya juga makin tinggi, dan pada tahap tertentu tak dapat dihitung lagi, hanya Allah saja yang tahu kadarnya.
Demikian pula ibadah-ibadah lainnya, seperti tilawah Alquran yang memiliki nilai khusus pada bulan Ramadan, sebab dikatakan, sebagai syahrul-quran, atau ‘bulan alquran’ sebab di dalamnya Alquran diturunkan.
Sebaliknya, untunglah mereka yang mengoptimakan Ramadan dengan membaca, memahami, merenungi, dan berupaya mengamalkan isinya sesuai kapasitas dan kemampuannya.