Jadilah Seorang Petarung

Ilustrasi--

Oleh: Asep Budi Setiawan

JELANG sahur saya menonton aksi Qiao Feng di kanal youtube. Saat lahir bernama Xiao Feng. Salah satu protagonis novel “Demi-Dewa dan Semi-Iblis” karya Jin Yong. 

Saya belum membaca novelnya. Qiao Feng adalah pahlawan tragis yang tragedinya mirip dengan pahlawan Yunani kuno Oedipus.

Saat kecil, sebagai “pahatu lalis”, Qiao Feng dilatih beladiri oleh Xuanku, seorang biksu Shaolin. Kemudian, setelah “sawawa”, dia bergabung dengan Geng Pengemis, terkenal dengan berhasil menyelesaikan banyak misi, termasuk memertahankan perbatasan Song dari serangan pasukan Liao. 

Ketika ketenaran dan popularitasnya meningkat, dia akhirnya menjadi ketua Geng Pengemis setelah kematian ketua sebelumnya, Wang Jiantong.

BACA JUGA:Manifestasi Puasa

Pada usia tiga puluh, Qiao Feng, dianggap sebagai salah satu petarung paling kuat di “wulin” (komunitas seniman bela diri) dan terkenal karena penguasaan “Delapan Belas Telapak Tangan Naga yang Menundukkan”.

Memang, Qiao Feng seorang petarung. Jalan hidupnya tidak mulus. Ingatlah, selama kita hidup, tidak mungkin alur perjalanan seperti penggaris, "lempeng”, pasti ada "bengkok" atau "garinjul", lalu bertemu “tepian”.

Belokan kalau tidak ke kiri ya ke kanan. Hanya punya dua opsi. Dan itu sulit dielakkan. Selalu akan menghampiri kita. Akrab dan tidak bisa dinafikkan.

Saya mafhum, setiap saat pasti ada tantangan, dan tidak semua orang bisa melewatinya dengan mulus. Bisa kena peribahasa "kumeok memeh dipacok" (sebelum bertanding sudah kalah). Atau “maju terus pantang mundur”. 

BACA JUGA:Heboh, Ular Sanca Memangsa 4 Ekor Ayam

Sedikit ada onak atau "catang" melintang jalan. “Lebay”-nya di depan seolah “ngebedega” (berdiri tegak) benteng kuat. Bahkan menutup pandang. Belum juga "ditarekahan" sudah menyerah duluan. Ya, sudahlah, didorong pun tidak akan mampu bergerak.

Kadang kita terjebak. Masuk ke dalam taman labirin. Memilah-milahnya satu hal musykil. Persoalan teknis seolah konseptual. “Cucuk” (onak) kecil dibikin ribet. Kita terbiasa dihadapkan pada rutinitas. 

Sebuah tantangan bisa mematikan semangat. Jangan-jangan kita dimanjakan kemudahan. Saya curhat ini kepada De. Dan, sampelnya, diambil dari lingkungan terdekat.

Tag
Share