Ini Sejarah Pembangunan Masjid Merah Panjunan Cirebon
KUNO DAN TERJAGA: Masjid Merah Panjunan merupakan salah satu masjid tertua pertama yang ada di Kota Cirebon dan dibangun oleh Sunan Gunung Jati 18 tahun sebelum pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan.-RADEN DEDI HARIYADI-radar cirebon.com
BACA JUGA:Perlu Regulasi yang Jelas, Perumda Pasar Kembangkan Bisnis Sembako Masih Sebatas Wacana
"Nah, di masjid ini ada beberapa ruangan. Salah satunya ruang utama. Untuk ruang utama masjid, setiap hari ditutup, dan hanya dibuka tiga kali dalam setahun. Yakni Idul Fitri, Idul Adha dan Maulida Nabi Muhammad SAW. Sedangkan untuk sehari-harinya, masyarakat hanya salat dan beribadah di ruang serambi masjid tempat para Wali Songo berdakwah dan bertemu dengan umat," sebutnya.
Menurut Nasirudin, ruang utama Masjid Merah Panjunan adalah tempat dikukuhnya para Wali Songo menjadi Sunan.
"Untuk masuk ke ruang utama, jamaah harus menundukkan kepala karena ukuran pintu masuknya pendek. Itu mengajarkan kita untuk tawadhu, atau tunduk setunduknya kepada Allah. Dan ruang utama ini tempat pengesahan para Wali Songo menjadi Sunan sebelum mereka (Wali Songo) bertugas menyiarkan Islam di tanah Jawa," ujarnya.
Nasirudin menerangkan, ada keterkaitan antara Kampung Arab Panjunan dengan Masjid Merah Panjunan.
BACA JUGA:2 Alasan Kanapa Suara PKB di Kabupaten Cirebon Turun, Ini Menurut Simpatisanya
"Dulu, Pangeran Panjunan membawa imigran dari tanah Arab. Tepatnya negara Maroko (sekarang) ke tanah Cirebon sebanyak kurang lebih 4.000 orang, hingga akhirnya mereka sampai anak cucunya menetap di Cirebon hingga sekarang," terangnya.
Warga Arab yang datang pertama kali ke Cirebon, lanjut Nasirudin, adalah Syarif Abdurrakhman dan ketiga adiknya.
"Mereka diperintah ayahnya, yakni Sultan Bagdad untuk bermigrasi ke Cirebon. Mereka adalah Syarif Abdurakhman atau Pangeran Panjunan, Syarif Abdurahim atau dikenal dengan Pangeran Kejaksan, kemudian Nyi Ageng Sembung, dan Syarif Abdul Kahfi dikenal dengan Syekh Datul Kahfi. Empat bersaudara ini merupakan murid dari Syekh Junaid Al-Baghdadi. Kemana-mana mereka berempat selalu bersama-sama. Di Cirebon, mereka berguru kepada Syekh Nurjati di Pesambangan Gunung Jati. Oleh Syekh Nurjati, mereka diperkenalkan kepada Pangeran Cakrabuwana," pungksnya. (rdh)