Getas Getes, dan Siap Mendengar
Ilustrasi--
Dari beberapa kasus, saya memanggil satu demi satu, saya minta bercerita. Bebas tanpa takut akan diberi sangsi karena bicara lugas. Apa sih sebenarnya yang ingin dia ungkapkan.
BACA JUGA:Pj Wali Kota Optimis Anak Cirebon KOAS Raih Prestasi Tingkat Jabar
Saat seseorang sedang bercerita, kita cenderung tidak sabar menunggu giliran berbicara atau ingin menyela omongannya. Dulu saya punya atasan, jika sedang rapat, selalu memotong pembicaraan, sehuingga apa yang dia simpulkan kerap salah.
Padahal, jika dapat lebih bersabar, dia akan dapat memperoleh informasi baru yang mungkin saja dapat bermanfaat bagi organisasi. Idealnya dengarkan dulu hingga selesai, jangan tiba-tiba memotong pembicaraan, biar tidak salah persepsi.
Sebuah pepatah, “Dengarkan bisikan dan Anda tidak perlu mendengar teriakan.” Pemimpin yang baik memerhatikan masalah-masalah kecil. Harus “getas-getes”, peduli pada hal yang dianggap remeh temeh, tidak boleh ada pembiaran. Seorang pemimpin harus mencermati apa yang tidak dikatakan.
Saat kita mau mendengarkan dengan baik, orang lain pun akan merasa aman dan bersifat terbuka saat berkomunikasi dengan kita. Hal ini dapat memicu komunikasi yang lancar sehingga meminimalisasi hal-hal tidak perlu yang berpotensi menciptakan masalah besar.
BACA JUGA:Dapur Ramadan Cordela Hotel Cirebon Jadi Pilihan Berbuka Bersama Keluarga
John C. Maxwell memberi simpulan, “pendengar adalah pemimpin yang lebih efektif daripada pembicara”. Dan, bolehlah bila sependapat, “Mendengarkan itu bukan satu level di bawah berbicara. Mendengarkan itu mulia, setara, maka lakukan dengan optimal.” (*)
Penulis adalah Kepala DPMPTSP Kabupaten Kuningan