Ruhani Manusia dan Filsafat Puasa
Ilustrasi--
Walau hal ini tak terlihat oleh mata telanjang, karena masalah ruh bagian dari misteri Ilahi. Wujud ruh kita di dunia dibentuk oleh apa yang kita sembah, yang kita perjuangkan, yang kita kejar, dan yang menguasai ruh kita ini. Jika yang menguasai ruh kita adalah nafsu hewani atau nafsu syaithani, maka seperti itu pulalah bentuk ruh kita.
BACA JUGA:Ajak Pengemudi Angkutan Umum Tertib Lalu Lintas
Untuk itu agar manusia tidak terlena dan lupa diri hingga semuanya menjadi terlambat, Allah SWT senantiasa menyediakan moment untuk mengevaluasi diri. Salah satu moment itu adalah Ramadhan. Di bulan ini sebagai saatnya berkontemplasi, merefleksi diri.
Dari dua belas bulan yang Allah ciptakan, sebelas bulan untuk lincah dan aktif dalam urusan duniawi, Ramadhan sengaja diberikan untuk diam. Diam penuh kontemplasi agar secara khusus merenungkan perjalanan hidup selama ini.
Inilah setidaknya spirit yang bisa ditangkap dari ajaran i’tikaf yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di Bulan Ramadhan. Secara bahasa i’tikaf berasal dari kata ’akafa-ya’kufu-ukufan’’ yang berarti tetap pada sesuatu. Para Ulama mendefinisikan i’tikaf adalah berdiam di dalam masjid dengan disertai niat. Ini dilakukan agar bisa khusyu dan fokus beribadah tanpa terganggu oleh perkara-perkawa dunia.
Begitu sepesialnya Ramadhan di mata kaum Mukminin, bahkan ada sebagian masyarakat yang “beristirahat” satu bulan penuh dari aktivitas duniawi demi memfokuskan ibadah.
BACA JUGA:23 Rakaat, Kurang dari 10 Menit
Mereka memberhentikan diri dari kegiatan berdagang dan mencari nafkah di Bulan Ramadhan, karena mereka sudah mempersiapkan bekal dan tabungan yang dipersiapkan selama sebelas bulan menjelang Ramadhan.
Sehingga memasuki Ramadhan mereka bisa khusyu beribadah karena merasa sudah cukup mempunyai bekal untuk mengarungi Ramadhan.
Bahkan sebagian yang lain ingin lebih intensif lagi. Mereka memilih melakukan i’tikaf di Bulan Ramadhan sambil beribadah Umrah di Masjid Al-Haram.
I’tikaf dilakukan di hadapan Ka’bah yang menjadi kiblat semua orang Islam. Ini dilakukan agar Ramadhan bulan mustajab dipadu dengan tempat mustajab pula, di Baitullah. Diharapkan dengan cara ini doa-doa dan harapan akan lebih cepat terkabulkan.
BACA JUGA:Patroli Sahur, Polisi Bangunan Warga Agar Sahur
Atau setidaknya spirit inilah yang diusung oleh Pemerintah dan perusahaan yang mencoba mengurangi bobot jam kerja bagi karyawannya.
Jika di luar Ramadhan jam kerja berdurasi dari jam 07.30 s.d 16.00 maka jam kerja Ramadhan dikurangi menjadi 08.00 s.d 15.00.
Hal ini tidak lain agar para karyawannya bisa berpuasa dengan maksimal dan pada malam harinya bisa menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan penuh kekhusyu’an.