12 Tahun Makan Siang Gratis ala Radar Cirebon

YANTO S UTOMO CEO Radar Cirebon Group.-dok radar cirebon-radar cirebon

Akibat dari kejadian itu, salah satu dari ke-3 karyawan kita ini lumayan parah. Hingga sekarang indera penciumannya belum pulih. Nama salah satu korban tersebut adalah Suhendrik. Dia adalah salah satu karyawan terbaik Radar Cirebon. Sekarang Hendrik, begitu biasa disapa, menjadi direktur di sejumlah perusahaan Radar Cirebon Group.

Setelah peristiwa tersebut, tak perlu berpikir panjang. Saya pun meminta bagian umum untuk menyiapkan kantin sederhana. Yang pentin bisa untuk makan karyawan.

Agar tidak keluar kantor, maka makan siang seluruh karyawan itu saya minta digratiskan. Agar tidak menjadi beban, menu makannya pun dipilih yang sederhana. Yang penting sehat dan bergizi.

Supaya lebih murah lagi, tak perlu beli makanan dari luar. Ibu kantin saja yang menyediakan makanan tersebut. Menunya pun diserahkan kepada pengelola kantin.

BACA JUGA:KPU Kota Cirebon Terbelah, Tak Bisa Tuntaskan Suara Draw PAN dan Demokrat

Akhirnya terwujudlah program makan siang gratis ala Radar Cirebon yang murah meriah. Kurang lebih hanya Rp12 ribu per porsi. Ditambah teh tawar atau air putih hangat.

Walaupun judulnya makan siang gratis, program ini juga tidak mulus. Banyak yang berkomentar miring. Ada pula yang sinis. “Makan apa Rp 12 ribu itu,” ujar salah seorang karyawan.

Tapi saya sangat sadar, karyawan ini terbiasa makan siang dengan orang-orang penting. Saya masih ingat. Tapi saya tidak perdulikan.

Setelah mulai makan siang gratis, ada pula yang menganggap rasanya kurang enak. Sebagian ada yang bilang membosankan. Ada pula yang tidak suka dengan makanan yang dihidangkan oleh kantin Radar Cirebon. Saya pun mendengarkan. Tapi tidak perduli. Juga tidak saya sampaikan kepada Ibu Kantin. Karena sudah sepakat, semua diatur oleh pengelola kantin.

BACA JUGA:Stadion Watubelah Terbakar, Jadi Mau Kapan Beresnya?

Bahkan ada salah satu bagian yang menolak tegas makan siang gratis tersebut, hingga hari ini. Yakni bagian percetakan. Bermacam-macam alasannya. Namun yang paling menonjol karena pimpinannya yang tidak pernah makan siang, sehingga mempengaruhi anak buahnya.

Juga karena ada beberapa karyawan percetakan yang berasal dari keluarga berada, sehingga tidak berselera makan di kantin. Mereka lebih memilih makan siang di luar. Tapi ada pula yang modus. Ingin makan siang itu diganti dengan mentahnya saja alias uang tunai. Lumayan Rp12 ribu dikali satu bulan.

Saya pun tidak memerdulikan mereka yang menolak, modus atau tidak suka. Program makan siang terus berjalan. Ibarat anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.

Tetapi mayoritas menerima program makan siang gratis. Mungkin terpaksa karena saya pun sering makan siang gratis dari kantin. Hanya saja faktanya, jatah makan siang selalu habis.

BACA JUGA:Perkuat Kerja Sama dengan Australia

Tag
Share