Tinggalkan Fomo Tingkatkan Produktivitas Remaja
Ilustrasi--radar cirebon
Oleh: Ratna Ningsih
SEBAGAI generasi muda, tentu kita tidak asing dengan istilah-istilah gaul saat ini. Tidak jarang, kerap kali muncul istilah baru yang dianggap trendy, sehingga hampir semua kalangan menggunakan istilah baru tersebut.
Istilah yang sering kita dengar antara laian Fear of missing out (Fomo) alias takut ketinggalan tren, anti-mainstream, bucin, dan sebagainya.
Kebiasaan mengikuti tren, bahkan sampai takut ketinggalan hal yang lagi ngetren, biasanya dikenal dengan istilah Fomo.
Kondisi ini dipengaruhi banyak faktor, seperti masuknya budaya luar, perkembangan teknologi, hingga media sosial (medsos) yang mudah dijangkau semua kalangan.
BACA JUGA:Menakar Kedigdayaan Bangsa
Perkembangan dunia digital membawa perubahan pada perilaku remaja hingga menimbulkan perilaku Fomo.
Remaja yang memiliki kebiasaan Fomo akan merasa ketakutan dan cemas jika tidak mengetahui hal yang sedang tren. Mereka memiliki keinginan kuat untuk selalu terlibat pada semua tren di medsos.
Beberapa tahun terakhir, banyak tren bermunculan terutama di medsos. Banyak yang mengikuti tren tersebut dan membagikannya di akun masing-masing.
Tren-tren ini diikuti remaja, orang dewasa, bahkan anak-anak. Bahkan tak jarang sampai memunculkan kebiasaan Fomo.
BACA JUGA:Ajak Waspada Penyakit di Musim Hujan
Ada tren yang kurang bermanfaat, ada pula yang bermanfaat bagi sekitarnya. Contohnya tren belajar daring saat pandemi.
Hampir semua sistem pembelajaran dilakukan secara daring. Tenaga pendidik serta siswa-siswinya menggunakan berbagai macam media untuk melaksanakan pembelajaran seperti biasanya. Banyak pula tersebar di sosial media seperti, “Aplikasi yang wajib dimiliki oleh anak sekolah dan mahasiswa” atau “Jenis laptop yang worth it untuk mengerjakan tugas.”
Tren seperti ini dapat membantu tenaga pendidik serta pelajar dalam melaksanakan pembelajaran.