Parlemen Eropa Setujui Komisi Eropa yang Dipimpin oleh Ursula von der Leyen
Para anggota Parlemen Eropa memberikan suara mereka untuk pemilihan Komisioner baru di markas besar Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis, pada 27 November 2024.-ANTARA/Xinhua/Zhao Dingzhe-radar cirebon
PRANCIS - Parlemen Eropa menyetujui tim baru Komisi Eropa yang dipimpin oleh Ursula von der Leyen dari Jerman pada Rabu (27/11). Ini merupakan masa jabatan lima tahun kedua bagi Von der Leyen sebagai Presiden Komisi Eropa.
Keputusan ini diambil setelah anggota Parlemen Eropa memberikan dukungan dalam bentuk suara. Hasilnya, terdapat 370 suara setuju, 282 suara menolak, dan 36 suara abstain. Dengan demikian, tim eksekutif yang terdiri dari 27 anggota tersebut memperoleh lampu hijau.
Menurut Janis Emmanouilidis, seorang deputi kepala eksekutif di Pusat Kebijakan Eropa, melihat keberagaman dalam Komisi Eropa yang baru. Ia menyebutnya sebagai "kepresidenan" yang lebih kokoh, dengan para komisioner sebagian besar sejalan dengan von der Leyen. Perbedaannya pada periode sebelumnya, tampaknya suara-suara yang berseberangan kali ini tidak begitu dominan.
Meskipun memiliki seorang presiden yang kuat, yang dapat mempertahankan kelangsungan selama masa-masa sulit, Emmanouilidis menekankan pentingnya menjaga "kabinet yang kuat" sebagai bagian integral dari lembaga tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa fokus pada kesinambungan dalam kepemimpinan yang tangguh juga diimbangi dengan perlunya kestabilan dalam struktur eksekutif untuk memastikan kinerja yang efektif di masa mendatang.
BACA JUGA:Tanggapi Serius Ancaman Pembunuhan
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyampaikan pernyataan di markas besar Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis, pada 27 November 2024. (Xinhua/Zhao Dingzhe)
Jacek Saryusz-Wolski, mantan anggota Parlemen Eropa dari Polandia, mengkritik persetujuan terhadap Komisi Eropa yang baru tersebut di akun media sosialnya. Dia menyebutnya sebagai "Parlemen Eropa dengan suara dukungan terendah dalam sejarah" serta menuding bahwa hasil voting ditentukan oleh "tawar-menawar antarpartai."
Von der Leyen menyampaikan pidato sebelum pemungutan suara pada Rabu tersebut. Di dalam pidatonya, von der Leyen meluncurkan Kompas Daya Saing (Competitiveness Compass), yang menjadi inisiatif besar pertama dari Dewan Komisaris yang baru. Inisiatif ini didasarkan pada tiga pilar utama, yakni menutup kesenjangan inovasi, mengimplementasikan rencana bersama untuk dekarbonisasi dan daya saing, serta meningkatkan keamanan sambil mengurangi ketergantungan, ungkap von der Leyen.
"Kita kurang lebih sama baiknya dengan Amerika Serikat (AS) dalam menciptakan perusahaan rintisan (startup). Namun dalam hal peningkatan skala, kita jauh lebih buruk dibandingkan para pesaing kita," ujar von der Leyen, seraya menggarisbawahi komitmen Komisi Eropa yang baru untuk meningkatkan investasi dan fokus strategi yang lebih tajam pada inovasi.
BACA JUGA:Dorong Pembentukan UU Perlindungan Guru
Dalam hal dekarbonisasi dan daya saing, "kita harus dan akan tetap berada di jalur yang sesuai dengan tujuan Kesepakatan Hijau Eropa," ujar von der Leyen, seraya bersumpah akan memajukan Kesepakatan Industri Bersih dalam 100 hari pertama masa jabatannya tersebut.
Von der Leyen juga menekankan sangat pentingnya peran rantai pasokan yang stabil dan aman dalam memastikan ketahanan ekonomi. (antara)