Mendefiniskan Pengetahuan, Bagaimana Memulainya?
Ilustrasi--
Anda berada di lapangan sepak bola dan melihat sebuah objek berwarna putih di kejauhan. Berdasarkan pengamatan Anda, Anda membentuk keyakinan bahwa “Objek itu adalah bola sepak putih”.
BACA JUGA: Bupati Imron Prioritaskan Insfrastruktur, Biar Rakyat Adil dan Makmur
Tanpa Anda sadari, di seberang lapangan ada seorang pria yang membawa bola sepak putih, tetapi dia berencana untuk membawanya pulang. Pria tersebut tidak sengaja terpeleset dan bola yang dia bawa jatuh ke tanah dan berguling ke arah Anda.
Secara kebetulan, bola yang jatuh dan berguling ke arah Anda adalah bola sepak putih yang Anda lihat sebelumnya. Sekarang, keyakinan Anda bahwa "Objek itu adalah bola sepak putih" menjadi benar, dan keyakinan tersebut juga dibenarkan oleh pengamatan langsung Anda.
Dalam contoh ini keyakinan Anda bahwa "Objek itu adalah bola sepak putih" adalah benar dan dibenarkan oleh pengamatan langsung, namun pengetahuan Anda didasarkan pada kebetulan (jatuhnya bola ke arah Anda) yang tidak relevan dengan proses pengamatan awal Anda.
Contoh kasus yang lainnya: Seorang petani, yang membentuk keyakinannya bahwa “Ada seekor domba di ladang” dengan melihat seekor anjing berbulu lebat yang kebetulan terlihat seperti seekor domba.
BACA JUGA:Gunakan Sistem Digital, Desa Ambulu Tarik Anggaran Pusat Rp18 Miliar
Namun ternyata, ada seekor domba di ladang (berdiri di belakang anjing), dan keyakinan petani benar adanya. Selain itu, keyakinannya juga beralasan karena ia mempunyai bukti yang kuat bahwa ia mengira ada seekor domba di ladang.
Dalam dua kasus tersebut, Anda memiliki keyakinan yang benar dan dibenarkan, tetapi banyak orang mungkin merasa bahwa Anda tidak benar-benar "tahu" bahwa objek itu adalah “bola sepak putih” atau “seekor domba”, karena kebenaran keyakinan tersebut terjadi karena suatu kebetulan yang tidak terkait dengan informasi yang Anda peroleh secara langsung.
Selanjutnya silahkan menemukan contoh kasus-kasus Gettier dalam kehidupan sehari-hari Anda. Tidak ada jawaban yang mudah terhadap permasalahan yang diajukan terhadap penjelasan klasik tentang pengetahuan melalui kasus-kasus Gettier.
Kembali ke permasalahan kriteria untuk mendefinisikan pengetahuan. Kriteria pengetahuan masih jauh dari jelas, dan hal ini menimbulkan pertanyaan bahwa kita dapat menentukan kriteria tersebut tanpa mengacu pada kasus-kasus pengetahuan yang sebenarnya.
BACA JUGA:Bambang Sudaryanto, Orang Hukum yang Melek Digitalisasi
Salah satu tugas utama dalam epistemologi adalah memberikan jawaban mendasar terkait dengan pengetahuan, keyakinan, dan pemahaman.
Penulis adalah Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia,