Pesantren Pusat Pendidikan Akhlak

Sejarah menunjukkan banyak tokoh bangsa lahir dari ‘rahim’ pesantren, seperti Sahal Mahfudz, Hasyim Muzadi, A Mukti Ali, Ahmad Syafii Maarif, Hidayat Nur Wahid MA, Agus Salim, HOS Cokroaminoto, Kahar Muzakir, Ahmad Dahlan, Abdurrahman Wahid, Amin Rais, Din Syamsuddin, M Maftuh Basyuni, Mahfud MD, dan Jimly Assiddiqie.

Hal ini bukti, pesantren memiliki kekuatan dan kemampuan dalam menghasilkan SDM yang berkualitas, berpengetahuan luas, berpikiran maju, berwawasan kebangsaan, yang dibingkai dengan keimanan dan ketakwaan. 

BACA JUGA:Kesadaran Bayar Zakat Pertanian di Kabupaten Majalengka Rendah

Karena itu, berbicara tentang pendidikan berkualitas, tidak bisa dilepaskan dari pendidikan berbasis pesantren atau sekolah sistem boarding school.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang memiliki andil besar dalam pembangunan akhlakul karimah. 

Pendidikan berbasis pesantren dinilai lebih unggul dan tidak kalah bersaing dibandingkan sekolah umum. Pesantren mampu mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama.

Dan, selama dua puluh empat jam santri/siswa dalam pengawasan para guru/pembimbing.

BACA JUGA:Polindra Dorong Optimalisasi Tenaga Kesehatan dalam Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkugnan

Dengan sistem pengawasan dua puluh empat jam dapat meminimalisir pengaruh buruk dari luar sekolah. Dan, di lingkungan pesantren santri diajarkan pola hidup kebersamaan, kemandirian, kedisplinan, kesederhanaan, dan utamanya akhlak mulia. 

Prof Nanat Fatah Natsir, menyebutkan empat keunggulan pendidikan berbasis pesantren. Keunggulan ini tidak dimiliki sekolah-sekolah pada umumnya. 

Pertama, pesantren mengajarkan hakikat keimanan. Keimanan adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena iman menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya.

Hanya amal yang dilandasi iman-lah yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. 

BACA JUGA: Baher Blusukan dan Menginap di Rumah Warga

Karena iman itulah dasar dan pondasi setiap langkah. Iman ini yang akan membentuk fikrah (pola pikir seseorang) menjadi seorang muslim yang bersih aqidahnya (salimul aqidah).

Itulah bekal asasi memasuki hari-hari yang paling menentukan di ”… hari yang tidak berguna lagi harta dan anak-anak, kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang lurus.” (QS Asy-Syu'ara [26]: 88-89).

Tag
Share