Kamis, 07 Nov 2024
Network
Beranda
Headline
Berita Utama
Wacana
Aneka Berita
Metropolis
Kabupaten
Kabupaten Cirebon
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Indramayu
Kabupaten Majalengka
All Sport
Nasional
Internasional
Jawa Barat
Network
Beranda
Wacana
Detail Artikel
Konstruktivisme
Reporter:
Bambang
|
Editor:
Bambang
|
Selasa , 24 Sep 2024 - 18:42
Ilustrasi teori konstruktivisme.-istimewa-
konstruktivisme oleh: munib rowandi amsal hadi* menjadi guru sekarang ini tidak sebebas guru-guru zaman dahulu. sekarang, siswa tidak boleh disangsi. akibatnya, tingkah laku siswa semakin semena-mena, susah diatur dan cenderung melawan. demikian keluhan bebrapa guru berkaitan dengan banyak siswa yang melakukan berbagai kegiatan yang tidak sesuai dengan aturan sekolah. juga rasa takut dan tidak nyaman yang berlebihan karena banyaknya guru yang diadukan orang tua karena melakukan kekerasan di sekolah. baca juga:eksistensi ai pada generasi alfa guru yang melakukan kekerasan di sekolah, bila dilaporkan pada penegak hukum dan terbukti, maka akan dikenani sanksi pidana. sangsi itu berdasarkan undang-undang yang mengatur tentang kekerasan anak di sekolah yaitu undang-undang nomor 35 tahun 2014. pasal 80 jo pasal 76. berbunyi: kekerasan fisik yang dilakukan guru terhadap peserta didik termasuk tindak pidana dan dapat dikenakan sanksi pidana. keinginan guru untuk memberikan sangsi terhadap siswa yang bermasalah, bisa jadi karena keinginan guru agar siswa mengalami perubahan cepat melalui sangsi. baca juga:diduga berawal dari bakar sampah selain itu, masa lalu, saat para guru belajar, pembelajaran masih meniscayakan sangsi. maka, banyak guru yang dulu saat belajar terkena sangsi, masih meyakini sangsi itu efektif untuk merubah prilaku siswa. sebetulnya, kekerasan di sekolah memang sudah harus dihentikan, baik itu atasnama sangsi atau atasnama pembinaan. sekarang sudah bukan zamannya kekerasan. dilarangnya kekerasan di sekolah bukan hanya karena ada undang-undang anti kekerasan di sekolah, tapi kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka telah mengubah paradigma berfikir tentang pembelajaran yang tidak menyertakan kebolehan kekerasan dalam pembelajaran. behaviorisme pemicu kekerasan baca juga:berikan hak demokrasi bagi difabel zaman dulu, sebelum kurikulum kurtilas dan kurmer diberlakukan, sebetulnya sudah mulai digagas untuk tidak menyertakan kekerasan dalam pembelajaran. kurikulum cara belajar siswa aktif (cbsa) telah meniscayakan pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru. pembelajaran berhasil, bila siswa aktif dalam proses belajar mengajar. guru memberikan fasilitas dan memotivasi agar siswa dalam pembelajaran tersebut menjadi aktif. ini awal dari pengkondisan bahwa pembelajaran tidak membutuhkan kekerasan. namun saat itu masih sering terjadikekerasan karena pelaksanaan pembelajaran masih dipengaruhi oleh teori behaviorisme. baca juga:ponpes al-fathonah gelar maulid nabi muhammad saw sabtu 28 september 2024 teori belajar ini memungkinkan guru melakukan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan siswa sehingga mampu melakukan perubahan sikap. teori behavioristik dalam pembelajaran mendefinisikan belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya pengalaman dan latihan melalui hubungan stimulus dan respons. menurut teori ini, belajar merupakan bentuk perubahan kemampuan siswa dalam bertingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara stimulus (aksi) dan respons (reaksi). guru, dalam proses pembelajaran harus mampu memberikan rang sangan kepada siswa sebagai stimulus dan harus mampu mengamati dan mengukur respon siswa apakah sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tidak. baca juga:ajak hormati jasa dan perjuangan leluhur siswa yang memberikan respon atau bertingkah laku dan memiliki kemampuan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, akan mendapatkan reward berupa pujian atau yang lainnya untuk menguatkan dan memotivasi atas respon baiknya. sedangkan bagi siswa yang memberikan respon tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, diberikan punishment untuk mencegah respon negatif. punishment inilah yang memberi peluang guru zaman dulu untuk melakukan kekerasan atasnama pembelajaran. ubah paradigma berpikir sejak diberlakukannya kurikulum cbsa, kurtilas dan kurmer, yang menjadi ruh bukan lagi behaviorisme, tapi konstruktivisme. baca juga:jadwal lengkap kualifikasi piala asia u-20 2025: timnas indonesia siap bertarung di kandang sendiri karena paradigm pembelajaran telah berubah, maka idelanya berubah pula paradigm berfikir guru dalam pembelajaran. keharusan ini karena tuntutan kurikulum. konstruktivisme tidak lagi menyertakan reward dan punishment dalam pembelajaran, karena paradigm belajar yang berbeda. konstruktivisme merupakan pendekatan pembelajaran yang berpandangan bahwa proses belajar adalah proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sendiri. dalam pendekatan ini, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses konstruksi makna dan pengetahuan. pusat pembelajaran adalah siswa. baca juga:manajemen persib bandung ambil tindakan hukum atas kasus kericuhan dan penyerangan steward guru dalam pembelajaran berupaya serius dan sungguh-sungguh untuk membantu murid membentuk atau mengkonstruk ilmu pengetahuan. dalam pembelajaran konstruktif, guru bukan hanya mengajar mata pelajaran pada siswa, tapi juga melatih mereka bagaimana mempelajari mata pelajaran dan bagaiamana belajar pelajaran baru. peran guru bukan hanya ransfer ilmu pengetahuan, tapi harus mampu membawa siswa untuk berfikir dan membentuk sendiri ilmu pengetahuan. guru dengan kemampuannya harus mampu membuat siswa aktif melakukan kegiatan, mampu berpikir kritis, lalu mampu menyusun konsep. baca juga:besok prabowo kunjungi smpn 1 kota cirebon, ternyata ini tujuannya setelah konsep terbentuk, siswa diharapkan mampu memberi makna pada hal-hal yang dipelajari. mampu mengkondisikan kelas dengan berbasis masalah atau konsep. top of formguru juga ditantang untuk memberikan layanan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. kenaekaragaman kebutuhan siswa inilah yang menyebabkan teori belajar ini melahirkan banyak sekali pendekatan, model, dan juga metode pembelajaran yang berbasis student centered atau berpusat pada peserta didik. guru, sebagai pemeran utama dalam pembelajaran, sudah tidak terelakkan lagi keharusan memiliki kemampuan untuk menguasai berbagai pendekatan, model dan metode pembelajaran. baca juga:pilkada 2024 akan masuki masa kampanye, pj bupati berharap masyarakat jaga kondusivitas model pembelajaran yang baik, tentunya model pembelajaran yang mampu membuat siswa menguasai materi sekaligus cara mempelajari materi tersebut dan belajar materi baru. karena tujuan dari model pembelajaran adalah bagaimana agar siswa bukan hanya menguasai materi pelajaran, tapi juga mampu belajar secara mandiri. banyak cara yang dilakukan oleh guru agar siswa tertarik dan mampu belajar dengan baik dan mandiri. salah satu caranya adalah dengan memberikan pertanyaan pemantik. pertanyaan pemantik akan menantik siswa untuk mengkonsep jawaban sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. baca juga: warga kecamatan talaga nunggak air sebesar rp921 ribu, perumdam tirta bhakti raharja beri solusi dicicil siswa juga termotivasi untuk mengkaitkan pertanyaan dengan pengalamannya dalam lehidupan sehari-hari. maka, akan terbentuk siswa berfikir kritis dan analitis. itulah cara berfikir tingkat tinggi (hots) kemampuan berfikir tingkat tinggi inilah yang akan memicu dan memacu siswa untuk melakukan hal yang terpikirkan dan yang memberi manfaat serta membebaskan siswa untuk melakukan hal-hal yang tidak terfikirkan dan hal-hal yang diduga memiliki akibat yang tidak baik. untuk sampai pada kemampuan tersebut, teori ini memberikan kenyamanan secara fisik dan mental siswa agar segala potensi dapat dieksplorasi. kekerasan fisik dan mental telah membuat seseorang mengikuti secara fisik tapi tidak dengan kesadaran. baca juga:prabowo subianto ke cirebon besok, kunjungi smpn 1 kota cirebon, berikut runutan agendanya maka, pembelajaran dengan cara tersebut telah memandang manusia tanpa rasa dan akal. tentu ini sangat salah. karena manusia justru unggul karena akalnya. maka memberi perhatian lebih terhadap akal adalah cara terbaik untuk membangun segala potensi manusia. dan guru yang berhasil adalah ketika siswanya berhasil. guru yang baik adalah ketiaka siswanya baik dengan cara yang baik. (*) penulis adalah guru pai senior smp negeri 8 kota cirebon
1
2
3
4
»
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Radar Cirebon 25 September 2024
Berita Terkini
Percepat Tanam Musim Rendeng
Headline
34 menit
Optimistis Sorlip Surat Suara Sesuai Jadwal
Kabupaten Indramayu
35 menit
Taman Kehati, Pusat Pelestarian Lingkungan di Jantung Kota
Kabupaten Indramayu
37 menit
Guru Banyak yang Stres?
Wacana
55 menit
Kuwu Ciwaringin Diberhentikan Sementara, Diduga Selewengkan Dana APBDes
Headline
1 jam
Berita Terpopuler
Imbas Proyek Pokir, Dewan Ancam Hentikan Pembahasan RAPBD 2025
Metropolis
21 jam
Simak, Ini Kata Mantan Kadis PU Kota Cirebon soal Gedung Setda yang Kini Ditangani Jaksa
Headline
21 jam
Pendalaman, Jaksa dan Tim Ahli Konstruksi Bor Lantai Dasar Gedung Setda Kota Cirebon
Headline
21 jam
Attaqwa Center Gandeng JIC Gelar Digital School
Metropolis
22 jam
Sudah Empat SKPD Siap Lelang Dini
Kabupaten Cirebon
21 jam
Berita Pilihan
Timnas Indonesia Resmi Jadi Tuan Rumah saat Kontra Bahrain, Menpora: Tidak Datang, WO
Headline
2 minggu
Timnas Indonesia Kalah Lawan China, Shin Tae Yong Beri Penjelasan Berikut
All Sport
3 minggu
Ranking FIFA Timnas Indonesia Anjlok, Hasil Arab Vs Bahrain Untungkan Indonesia
All Sport
3 minggu
Inilah Update Rangking FIFA Timnas Indonesia Terbaru Usai Tahan Imbang Bahrain
All Sport
3 minggu
Timnas Indonsia Turunkan Kekuatan Penuh, Yakin Bisa Curi Poin dari Bahrain
All Sport
1 bulan