Nuraini Rahma Hanifa dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memberikan paparan mendalam mengenai potensi gempa maksimal yang dapat terjadi di 15 segmen megathrust yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Rahma, di Indonesia terdapat 15 segmen megathrust yang membentang dari pesisir barat Sumatera Selatan, Jawa, hingga selatan Bali, NTT, NTB, utara Sulawesi, dan utara Papua. Potensi magnitudo pada segmen-segmen tersebut bisa mencapai hingga skala 9.
Rahma menjelaskan bahwa setiap segmen memiliki potensi gempa yang berbeda, seperti Segmen Aceh-Andaman dengan potensi magnitudo maksimum mencapai 9,2 Mmax, Nias-Simeulue 8,9 Mmax, Kepulauan Batu 8,2 Mmax, Mentawai-Siberut 8,7 Mmax, Mentawai-Pagai 8,9 Mmax, Enggano 8,8 Mmax, dan Selat Sunda-Banten 8,8 Mmax.
Selain itu, terdapat pula potensi gempa di Jawa Barat 8,8 Mmax, Jawa Tengah-Timur 8,9 Mmax, Bali 9,0 Mmax, Nusa Tenggara Barat (NTB) 8,9 Mmax, Nusa Tenggara Timur 8,7 Mmax, Sulawesi Utara 8,5 Mmax, Filipina-Maluku 8,2 Mmax, Laut Banda Utara 7,9 Mmax, dan Laut Banda Selatan 7,4 Mmax.
BACA JUGA:Protes Warga Arum Sari Direspons DPKPP, Hari Ini Rapat Bersama Tim Verifikasi
Rahma mengatakan bahwa gempa megathrust memiliki ciri khusus siklus berulang dan mengingatkan pada peristiwa gempa megathrust di Aceh tahun 2004.
"Dari 15 segmen megathrust ini, kita punya sejarah 20 tahun yang lalu persis tahun 2004, kita mengalami gempa megathrust di Aceh," ungkap Rahma, baru-baru ini.
Selain gempa megathrust di Aceh, peristiwa serupa juga terjadi di Pangandaran, Jawa Barat, Pulau Nias, Sumatera Utara pada 2006, dan Pacitan, Jawa Timur pada 1994.
"Megathrust ini gempa yang siklusnya berulang, jadi memang potensi ke depan itu untuk megathrust ya dia akan ada, dan akan berulang. Tapi, mungkin memang periode waktunya cukup panjang ya," jelasnya.
BACA JUGA:Taspen Meriahkan Hari Pelanggan Nasional
Kemudian, Rahma menyoroti risiko terkait bukan hanya ditentukan oleh skala magnitudo terbesar, tetapi juga dipengaruhi seberapa padatnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi gempa megathrust dengan skala besar di wilayah padat penduduk seperti Pulau Jawa, maka risikonya menjadi lebih tinggi.
"Artinya, kalau kita mempertemukan skala gempa megathrust yang besar dengan penduduk yang paling padat, maka risikonya menjadi lebih tinggi di Pulau Jawa ini," katanya.
Rahma menggarisbawahi bahwa meskipun gempa megathrust bukan bencana, namun merupakan fenomena alam yang tak terhindarkan karena fluktuasi dan revolusi bumi yang mengakibatkan dinamika alam. Dengan demikian, ia mendorong seluruh masyarakat Indonesia, termasuk pemangku kepentingan dan warga, untuk bersama-sama memperkuat diri agar dapat beradaptasi dan mengantisipasi fenomena gempa megathrust. Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah mitigasi diri dari bencana besar, sehingga dapat menyelamatkan banyak nyawa manusia. (ant/jpnn)