Oleh: Prof Dr H Aan Jaelani, M.Ag.
PROGRAM internasionalisasi menjadi salah satu pilihan untuk memosisikan kampus berkiprah dan memiliki reputasi pada bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam skala perkembangan global.
Perubahan masyarakat global dengan isu-isu yang merata pada setiap negara menjadi indikator bagi perguruan tinggi untuk berkomitmen dengan menjalankan program internasional yang menunjukkan kontribusi akademiknya.
Isu-isu internasional seperti kemiskinan, kesetaraan gender, transformasi digital ekonomi, dan penyelenggaraan pendidikan inklusif dan sepanjang hayat, dan lainnya, sebagai dimensi internasional, menjadi pekerjaan rumah setiap negara, sehingga universitas dapat menyusun program untuk berperan serta dalam memberikan solusi atas masalah-masalah global melalui program-program universitas.
BACA JUGA:334 Orang Diambil Sumpahnya Sebagai Guru Profesional
Dalam konteks lokal, UIN Siber Syekh Nurjati dapat mengembangkan dimensi internasional dan antarbudaya yang digali dari potensi kesejarahan dan demografis di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Cirebon sendiri telah menghadirkan keragaman agama, etnis, tradisi, budaya, bahasa, dan juga kuliner yang menggambarkan situasi perbedaan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelaraskan isu-isu global dengan lokalitas yang ada.
Karena isu-isu internasional terkait juga dengan persoalan kemajemukan, diversifikasi, dan pola hubungan antarbudaya sebagai modal dasar untuk menghadirkan internasionalisasi ke dalam program pembelajaran.
Dari potensi lokal inilah bisa dimulai proyek internasionalisasi dan pertukaran antarbudaya melalui program universitas.
BACA JUGA:Kapolresta Cirebon Adakan Penyuluhan di SMAN 1 Palimanan, Fokus Soal Kenakalan Remaja
Ada pendekatan baru yang lebih mudah dengan menyesuaikan kondisi lokal untuk tetap menjalankan program internasionalisasi, yaitu membawa dimensi internasional dan antarbudaya ke dalam program perguruan tinggi.
Potensi lokal yang dimiliki masyarakat Cirebon dan sekitarnya, misalnya, bisa dimanfaatkan oleh dosen untuk menyusun program internasionalisasi dan pertukaran antarbudaya dalam perkuliahan.
Yang paling penting adalah bagaimana para dosen dapat menciptakan “pengalaman belajar yang terinternasionalisasi” bagi semua mahasiswa dengan memasukkan dimensi global dan antarbudaya dalam desain dan penyampaian kurikulum.
Dalam dunia yang semakin digital dan terhubung, konsep internasionalisasi di rumah atau di kampus lokal, yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar dan terlibat dengan perspektif global terlepas dari lokasi mereka, menjadi semakin penting.
BACA JUGA:DIBUKA! Rekrutmen 2.040 Formasi P3K di Kabupaten Cirebon