-Ajarkan keterampilan untuk mengevaluasi reliabilitas, validitas, dan relevansi informasi.
BACA JUGA:Masa Kerja Pj Sekda Kuningan Selama Tiga Bulan Kedepan
-Manfaatkan aplikasi yang relevan ntuk meningkatkan literasi digital siswa.
-Ajarkan teknik pencarian online yang efektif dan efisien.
-Bimbing siswa menggunakan sumber daya digital, seperti perpustakaan online (Perpustakaan online ini pernah saya akses untuk anak saya yang masih duduk di bangku TK).
-Guru membimbing siswa membuat konten digital yang relevan dengan materi pelajaran (Saya pernah menasehati para siswa untuk membuat konten digital tentang pelajaran, bukan hanya konten-konten yang tidak bermanfaat).
BACA JUGA:Atasi Serangan Hama Tikus, DKPP Bangun Rumah Burung Hantu
Di zaman era digital ini, banyak siswa yang sudah mempunyai akun media sosial, seperti instagram, facebook, twitter, tiktok, dan lain-lain.
Jika siswa ingin berkarya dan mendapatkan cuan, bisa dengan membuat konten-konten digital. Tetapi, yang harus diperhatikan adalah tutur bahasa dalam berkomentar di media sosial.
Saat ini, banyak berita yang dimuat di akun medsos dan terkadang dibuat viral. Lalu, setelah viral, banyak warganet yang berkomentar.
Saya sering memperhatikan banyak komentar dari warganet yang cenderung membully atau menyudutkan satu pihak, padahal bukan begitu maksud beritanya.
BACA JUGA:Menu Makanan Khas Indonesia, Paket Kemerdekaan di RM Mangga Hanya Rp 40 Ribu
Lalu, banyak juga komentar di bawahnya yang berkata: “Ini dia si paling benar, budayakan membaca dong!”
Hal ini jelas membuktikan bahwa orang dewasa pun minim literasi. Jika membaca tidak cermat tetapi langsung berkomentar, lalu ujung-ujungnya dia sendiri yang banyak dikritik warganet karena salah dalam berkomentar.
Mulai dari sekarang, mau itu siswa SD atau pun orang dewasa, yuk, kita jadi pegiat literasi! Sebelum memacu orang lain untuk berliterasi, kita harus mulai dari diri sendiri dulu untuk memahami dan melakukan literasi. Salam literasi. (*)
*Penulis adalah Guru SD di SD Kristen Terang Bangsa Cirebon