Warga RT/RW 1/9 Malangse, Kelurahan/Kecamatan Harjamukti, menggelar ziarah melukis Sunan Matangaji bersama Budayawan Suryawan SSn di bantaran sungai, tepat di depan petilasan Sunan Matangaji (Situ Gangga), Karyamulya, pada Kamis (1/8).
Kegiatan dimulai pukul 20.30 WIB. Abdullah Amin SPdI, salah seorang warga setempat, menjelaskan alasan diundangnya seniman.
Ia mengungkapkan ketertarikan untuk menggali dan menelusuri sejarah petilasan Matangaji.
”Karena banyak yang sudah hampir punah atau rusak, saya memiliki keinginan untuk mengungkap sosok Pangeran Sultan Matangaji dan petilasannya,” ujar Amin kepada Radar Cirebon, Minggu (4/8).
Selain melukis, diskusi mengenai sejarah, khususnya mengenai tindak-tanduk Sunan Matangaji, berlangsung dengan antusias. Malam semakin larut, dan warga semakin bersemangat.
Ahli Naskah Kuno, Muhammad Mukhtar Zaedin, turut membagikan pandangannya mengenai Sejarah Peteng.
Ia menyebutkan bahwa Sultan Matangaji tidak dibunuh oleh Ki Muda dan menegaskan bahwa trah Sunan Gunung Jati tetap terjaga.
Menurut Mukhtar, hingga saat ini, sumber tertulis mengenai peristiwa pembunuhan Sultan Matangaji oleh Ki Muda belum jelas.
”Belum ada sumber yang dapat menunjukkan bukti tersebut,” tutur Mukhtar kepada Radar Cirebon pada Oktober 2021 lalu.
Mukhtar berpendapat bahwa peristiwa tersebut mungkin saja merupakan rekayasa kolonial untuk memperparah situasi politik. Dengan melemahnya Cirebon, kekuasaan kolonial akan semakin langgeng. Mukhtar juga mengkritisi kabar bahwa Matangaji tidak memiliki keturunan, yang ia anggap sebagai bagian dari propaganda pemerintah kolonial.
“Jika seorang sultan tidak memiliki keturunan dan dibunuh oleh Ki Muda, kondisi Cirebon akan semakin kacau,” tuturnya.
Mukhtar merujuk pada Naskah Keraton Kaprabonan yang pernah dicetak Perpusnas, yang menyebutkan bahwa Matangaji dan Ki Muda adalah saudara kandung, meskipun berbeda ibu. Hal ini menunjukkan bahwa trah Sunan Gunung Jati tidak terputus.
Dari Naskah Keraton Kaprabonan, Mertasinga, dan Sejarah Peteng, tidak ada sumber tertulis yang menyebutkan bahwa Ki Muda membunuh Matangaji.
”Jika peristiwa tersebut penting dalam sejarah, penulis Babad pasti akan mencatat atau meriwayatkannya. Saya yakin, para penulis naskah ini independen dan tidak mungkin melewatkan peristiwa penting tersebut,” katanya. (ade)