Tahun ini, masyarakat di 37 provinsi dan 508 Kabupaten/Kota di Indonesia menghadapi ujian dalam menjalankan sikap demokrasi saat memilih para kepala daerah dan wakil kepala daerah mereka.
Dominasi politik praktis yang kurang sehat dengan campuran money politics dan black campaign telah lama mewarnai arena demokrasi di setiap pemilihan umum.
Apakah mungkin mencuci corengan ini atau setidaknya memudarkannya dari wajah demokrasi yang kusam di masyarakat Indonesia?
Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan upaya sungguh-sungguh.
Masyarakat harus mampu menahan gerakan money politics yang sering muncul akibat permintaan dan penawaran jual beli suara antara peserta pemilu dan pemilih itu sendiri.
Dampaknya, setelah terpilih dan memerintah, janji-janji politik yang disampaikan selama kampanye seringkali tidak terpenuhi secara optimal.
Hal ini dikarenakan sebagian besar kepala daerah terjebak pada kepentingan yang disebabkan oleh biaya politik yang terlalu tinggi, di mana money politics mendominasi daripada biaya politik yang sebenarnya.
Untuk mengatasi hal ini, komunitas masyarakat yang dipimpin oleh pengusaha Cirebon, Ir Soenoto, akan membentuk sebuah pressure group.
Kelompok ini diharapkan dapat sedikit melindungi masyarakat dari praktik money politics pada Pilkada Kota Cirebon mendatang.
Soenoto menjelaskan, menurut teori politik ilmiah, terdapat rumus fisika pemilu di mana masyarakat terbagi menjadi sumbu vektor: vektor idealis dan vektor pragmatis.
Kedua sumbu ini, jika ditarik garisnya, akan bertemu pada titik resultan yang menentukan sikap mayoritas masyarakat.
Namun, titik ini hanya dapat dicapai melalui upaya nyata dari kelompok yang masih peduli terhadap kondisi demokrasi yang memburuk di masyarakat.
“Upaya ini tidak dapat berhasil hanya melalui diskusi dan seminar yang tidak jelas,” tegasnya.
Beberapa upaya yang perlu dilakukan adalah mengedukasi masyarakat yang masih peduli terhadap keadaan demokrasi, agar terus menyosialisasikan prinsip-prinsip positif dalam memilih pemimpin, serta mengajak mereka untuk tidak menjadi objek money politics.
“Saya akan mengajarkan kepada masyarakat, kita harus bisa menipu penipu. Money politics adalah bentuk penipuan. Jadi jika ada calon yang menawarkan uang, dan kita membutuhkannya, ambil saja uangnya, tapi jangan pilih calonnya. Kapan lagi kita bisa menipu seorang penipu?” ungkapnya dengan tegas.